progresifjaya.id, JAKARTA – Indonesia gagal melangkah jauh dan harus terhenti di babak perempat final atau delapan besar Piala Asia U-17 di Jeddah, Arab Saudi. Setelah juara grup dengan mencapai nilai sempurna 6, tim Garuda Muda harus mengakui keunggulan Korea Utara 0-6 pada Senin (14/4) malam.
Apapun hasilnya, anak asuh Nova Arianto menorehkan sejarah berhasil lolos ke Piala Dunia U-17 Qatar 2025 melalui jalur kualifikasi. Akan tetapi melihat laga melawan Korut semalam terlihat kapasitas tim Garuda Muda masih di atas Asean namun masih di bawah level Asia.
Pelatih Nova Arianto masih punya waktu membenahi tim sekitar tujuh bulan, Piala Dunia U-17 Qatar akan berlangsung bulan November. Ia dan staf timnya tentu akan mengevaluasi dan mempersiapkan peta jalan ke Piala Dunia U-17 supaya tidak suram.
Namun dibalik pembentukan tim jangan lupa pengorbanan dari para orang tua dan Sekolah Sepak Bola (SSB) tempat anaknya berlatih. Orang tua dari para pemain telah mengorbankan waktu, tenaga dan materi. Sejak anaknya berusia delapan atau sembilan tahun, mereka dengan sabar mengantar anaknya berlatih ke SSB, mengikuti turnamen lokal dan liga usia dini yang digelar pihak swasta.
Seminggu tiga kali latihan, kemudian di akhir pekan harus mengikuti turnamen atau liga. Meski harus mengeluarkan biaya ekstra, tapi mereka tidak mempersoalkan. Ada atau tidak ada biaya, para orang tua akan mengusahakannya. Bahkan banyak dari mereka pusing karena harus mengeluarkan biaya ekstra setiap minggunya.
Setali tiga uang, permasalahan juga menjerat SSB tempat anaknya berlatih. Biaya operasional dari iuran orang tua sangat tidak mencukupi. Pelatih pun dibayar sangat rendah, bahkan ada yang tidak dibayar sama sekali. Untuk mengikuti kompetisi atau liga, SSB terpaksa mendaftar dari hasil swadaya para orang tua.
Sponsor enggan datang karena dinilai tidak menguntungkan. Terpaksa pihak donatur yang berasal dari orang tua di setiap usia itulah yang menggerakkan SSB untuk ikut turnamen lokal atau liga. Hanya sedikit SSB yang mendapatkan sponsor dan bisa dihitung jari.
Ini menjadi peer federasi (PSSI) ke depannya supaya pembinaan berjalan sehat. Juga liga usia dini harus diperhatikan. Bagaimana operator swasta dengan visi misinya membangun sepakbola usia dini memutar otak dan bekerja keras agar liga usia dini terus berjalan setiap tahun.
Dari semua itu, pengorbanan para orang tua dan SSB sangat diapresiasi. Dukungan dari federasi tidak ada tetapi mampu mengharumkan negara dengan lolosnya Indonesia ke Piala Dunia U-17 untuk pertama kali melalui jalur kualifikasi.
Anak tiri yang membuktikan diri. Terima kasih para orang tua dan SSB.
Editor: Hendy