Tuesday, July 15, 2025

ANOMALI

Oleh: Pemerhati Sosial ( DR.,H.Mukhtadi El Harry,.MM.,M.Sc )

Suasana kebatinan kehidupan berbangsa dan bernegara selama10 tahun terakhir terasa kurang normal.

Makanya rakyat kecil begitu Pak Prabowo terpilih dan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia berjuta rakyat Indonesia sangat berharap, dibawah kepemimpinannya akan membawa angin perubahan.

Harapan ini tidak terlalu berlebihan karena PaK Prabowo dinilai sebagai Presiden yang sangat memenuhi syarat, beliau seorang Jenderal, Politisi dan Bisnisman yang berhasil menorehkan tinta emas diberbagai aspek.

Euforia kebanggaan dan harapan bahwa beliau akan membawa bangsa ini ke kehidupan yg normal menuju Indonesia emas begitu menggema.

Tapi bangsa ini terkaget-kaget begitu beliau mengangkat para pembantunya adalah orang- orang bermasalah. Bisik-bisik tetangga mulai terdengar nyaring  di telinga, ada apa dengan PaK Prabowo…?.

Meskipun bangsa ini mulai was was,  tapi masih tetap menaruh harapan besar bahwa beliau punya strategi jitu untuk memenangkan suatu permainan.

Awal pemerintah Pak Prabowo dianggap relatif kondusif, tapi ternyata permasalahan bermunculan yang cukup menonjol  kasus pagar laut, saat seantero republik ini di hebohkan pagar laut dan diharapkan akan digunakan oleh Pak Prabowo untuk menunjukan kualitasnya bahwa beliau bukan sekedar Omon-omon, tapi peristiwa yang sangat mengejutkan muncul, disaat hiruk pikuk bising teriakan pagar laut, justru disambut dengan teriakan yang jauh lebih nyaring dari  macan asia Hiduuuuuup Jokowiiiii…?

Teriakan tersebut cukup memekakan telinga, menghentakkan akal sehat, nyaris tidak percaya, begitu  mengganggu gendang telinga, lutut terasa lemas, meluluh lantakan semua impian pupus sudah harapan, belum lagi muncul menyusul  berbagai persoalan seolah menabrak tembok beton hilang bak ditelan bumi.

Bangsa ini mulai curiga, pelan tapi pasti mulai tidak lagi berharap terhadap macam asia yang berubah jadi kucing….?

Pernyataan Presiden Republik Indonesia ke 6 Pak SBY bahwa tidak boleh ada matahari kembar, sulit dibantah, dan isu Prabowo dikendalikan Jokowi sangat dimaklumi meskipun telah dibantah dengan kata-kata oleh Pak Prabowo sendiri, namun  tidak serta merta diterima karena faktanya sulit dibantah.

Jokowi dijuluki bonekanya Megawati. Sekarang mungkin Prabowo lebih pas kalau dijuluki………

Prabowo tidak lagi menjadi lambang harapan, tapi telah berubah menjadi lambang kekecewaan . Ternyata Prabowo adalah orang yang sangat baik yang sangat merasa berhutang Budi ke Jokowi.

Hal ini bisa dimaklumi, Jokowilah yang telah memberi kepercayaan sebagai Menetri Pertahanan, lembaga yang dulu telah menghentikan langkah Karir Militernya, dan Jokowilah yang telah menaikan pangkatnya menjadi Jenderal penuh meskipun sulit diterima akal sehat,seorang yang telah diberhentikan dari dinas militer tapi malah dinaikkan pangkatnya, hanya Jokowilah yang bisa melakukan itu.

Karir politiknya 3 kali bertarung dalam kontestasi Capres dan Cawapres baru yang ke 4 berhasil dan mungkin beliau merasa keberhasilan ini karena Jokowi…..?

Disisi lain Prabowolah yang membawa Jokowi ke DKI meski akhirnya harus berhadapan saat kontestasi RI 1, begitulah dinamika politik dan perjalan hidup seseorang.

Jokowi dengan penasehat utamanya LBP orang cerdik dan licik dalam hal menjerat teman dan lawannya agar tunduk tanpa harus mengalahkan dengan strategi menempatkan orang-orang bermasalah di posisi penting atau mengumpan dengan jebakan maut dan kemudian menguncinya sebagai kartu truf dan akhirnya semua teman dan lawannya mau tunduk patuh tanpa syarat karena rahasinya sudah berada ditangannya. Inilah strategi jitu yang diajarkan LBP ke Jokowi dengan sangat sukses, sebagai imbalannya LBP menjadi  Menetri Palugada…..

Mungkin ada yang bertanya kenapa strategi tersebut tidak dimainkan saja untuk dirinya, jawabnya LBP sadar betul bahwa dirinya orang Batak yang secara kultur belum bisa diterima kalau untuk menjadi orang ke-1 , maka cukuplah mengendalikan orang ke-1 saja.

Atas dasar itulah kita bisa memahami, kalau Prabowo untuk menghibur dan mengalihkan perhatian gejolak  bangsa akibat ulah Jokowi, dengan cara beretorika omon-omon untuk meyakinkan bahwa dirinya adalah tetap macan asia.

Namun rakyat sudah cerdas dan sudah membaca, kini macannya sudah jadi kucing….?

Rakyat sudah mulai menarik harapan yang terlalu berlebihan.

Kini rakyat sudah sadar bahwa Prabowo tidak mungkin akan bertindak tegas terhadap Jokowi.

Jadi upaya pemakzulan Gibran mungkin menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kebuntuan.

Bila pemakzulan Ginran sukses baru Jokowi akan tersentuh oleh hukum  bukan oleh Prabowo, karena Prabowo masih merasa kikuk kalau harus menyentuh Jokowi.

Perjalanan ini masih cukup panjang dan melelahkan 5 tahun kedepan bangsa ini masih gontai kemana arahnya belum bisa di terka, terlalu banyak penumpang gelap yang siap loncat dan siap naik.

Kesimpulannya bangsa ini harus  bersabar dalam ketidak nyamanan.

Namun kita tetap bangsa Indonesia, tulisan inipun sebagai bukti bahwa penulis sangat mencintai Indonesia.

Sebagai Pemerhati Masalah Sosial mungkin berbeda cara pandangnya dalam memperhatikan kondisi sosial yang sedang terjadi, itu hal yang wajar dalam negara demokrasi.(*)

 

Artikel Terkait

Berita Populer