Tuesday, September 17, 2024
BerandaBerita UtamaBadminton Babak Belur di Olimpiade Paris 2024, PBSI Bisa Apa ?

Badminton Babak Belur di Olimpiade Paris 2024, PBSI Bisa Apa ?

progresifjaya.id, JAKARTA – Tradisi lumbung emas olimpiade dari cabang badminton terancam musnah. Satu persatu atlet badminton andalan untuk mendulang emas sudah tumbang.

Bahkan di tunggal putra Jonathan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting permainannya lebih menyedihkan, gagal lolos dari penyisihan grup. Ini merupakan prestasi terburuk dalam sejarah tunggal putra dalam mengikuti olimpiade.

Ganda putra andalan Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto pun gagal melangkah ke babak semifinal setelah dikalahkan oleh pasangan China, Liang Wei Kang/Wang Chang.

Kini, Jorji atau Gregoria  Mariska Tunjung menjadi harapan terakhir Indonesia. Hingga Jumat, (2/8), hanya tersisa satu wakil Indonesia di cabang bulutangkis, yaitu tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.

Jorji dijadwalkan akan bertanding melawan wakil Thailand, Ratchanok Intanon pada Sabtu, 3 Agustus 2024.

Tagar #PBSIBisaApa

Pencapaian badminton di Olimpiade Paris ini jadi ramai di media sosial dengan tagar #PBSIBisaApa. Tagar ini muncul sebagai bentuk kekecewaan pecinta bulutangkis Indonesia.

Selama ini tim bulutangkis menjadi tumpuan Indonesia dalam perolehan medali emas olimpiade. Tagar #PBSIBisaApa pun viral sebagai wujud kritik warganet usai kegagalan tim bulutangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024.

Tagar #PBSIBisaApa menjadi trending topik di berbagai platform media sosial. Warganet menggunakan tagar ini untuk menyuarakan kritik terhadap Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tanpa menggunakan kata-kata kasar atau makian.

Tagar ini pertama diunggah oleh, @BadmintonTalk di X dan Instagram.

“Kami tim Badminton Talk ingin bertanya, #PBSIBisaApa? Keluh kesah dan ketidakpuasan dapat kita sampaikan dengan baik-baik. Seperti tagar PSSI Bisa Apa yang sempat ramai ketika itu, kami berharap tagar #PBSIBisaApa dapat digunakan untuk menyampaikan aspirasi, keluh kesah, dan harapan para pecinta bulu tangkis Indonesia kepada petinggi @INABadminton khususnya ketua umum Agus Firman Sampurna serta ketua harian Alex Tirta,” tulisnya pada unggahan tersebut.

Dalam unggahan tersebut @BadmintonTalk mengunggah foto berlatar hitam dan tulisan #PBSIBisaApa.

Salah satu warganet berkomentar, “#PBSIBisaApa? Bisa cetak sejarah kelam, bisa ga ngurus cedera atlet dengan baik, bisa bisanya pelatih kompeten ga diurus dengan baik kontraknya. Tolong deh pak pengurus ditunggu minta maafnya dan reorganisasinya tolong jangan sangkut pautin politik apalagi ini organisasi olahrga,” kesal @kimkaii1485 dalam kolom komentar di X.

Kritik yang disuarakan melalui tagar ini umumnya mempertanyakan bagaimana PBSI mengelola dan mempersiapkan atlet-atletnya menghadapi kompetisi sekelas Olimpiade. Banyak yang mempertanyakan sistem pembinaan, pelatihan, dan strategi yang diterapkan PBSI.

Tekanan Mental

Dikutip dari @ina_badminton, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (PP) PBSI, Ricky Soebagdja mengatakan bahwa tekanan mental atlet sangat besar saat berada di Olimpiade.

“Inilah Olimpiade dengan semua atmosfernya, memang berbeda dengan turnamen lain. Beban dan tekanan besar akan dirasakan semua atlet. Siapa yang siap secara mental dan bisa mengatasi rasa takut, rasa gugup dan demam panggung itu yang akan menang. Berbicara skill dan teknis semua sudah sama,” kata Ricky.

Jorji  pun mengakui bahwa menjadi harapan terakhir menjadi beban untuknya.

“Pastinya lega bisa memenangkan pertandingan yang melelahkan ini. Bagi saya cukup menjadi beban apalagi dengan keadaan sekarang saya tinggal sendiri,” ujar Jorji setelah selesai pertandingan dikutip dari @ina_badminton.

Sementara itu, harapan terakhir Indonesia di cabang bulutangkis kini tertumpu pada Gregoria Mariska Tunjung yang berlaga Sabtu ini.

Masyarakat berharap Gregoria bisa memberikan hasil positif di tengah terpuruknya prestasi bulutangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024 ini. (Ndy)

Artikel Terkait

Berita Populer