Monday, May 19, 2025
BerandaBerita UtamaBantu Pemkab dan Petani Pandeglang, H. Dedi Saeful Segera Bangun Pabrik Pengolahan...

Bantu Pemkab dan Petani Pandeglang, H. Dedi Saeful Segera Bangun Pabrik Pengolahan Talas Beneng

progresifjaya.id, PANDEGLANG — Salah satu pengusaha lokal Pandeglang, H. Dedi Saeful DM, berencana akan segera membangun pabrik pengolahan talas beneng yang berlokasi di Kampung Puluku, Desa Campaka, Kecamatan Kadu Hejo, Kabupaten Pandeglang.

Dilahan seluas 7 hektare milik pribadinya itu, sekaligus akan dijadikan tempat destinasi wisata budi daya talas beneng (tanaman asli lokal Pandeglang) dan pembudidayaan lebah madu.

Demikian diungkapkannya kepada progresifjaya.id dilokasi tersebut, Senin, 12 Oktober 2020, sebelum acara MoU penadatanganan kerja sama penyusunan petunjuk teknis bibit benih label talas beneng, antara Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, H. Budi S. Januardi, S.Pt., MM.

Bersamaan itu pula, Budi Januardi dengan Kepala BPTP Banten (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, dibawah Balitbangtan, Kementan RI), DR. Isma melakukan penandatanganan sebuah prasasti Pencanangan Kampung Talas Beneng, Kecamatan Kaduhejo, yang berkaitan dengan kegiatan tersebut oleh Pejabat Sementara Bupati Pandeglang, Gunawan Rusminto.

H. Dedi Saeful yang juga sebagai pemilik Restaurant DM Tirta Persada dan Kolam Renang Mandalawangi tersebut, menyampaikan, dikala situasi pandemi Covid 19 sangat berpengaruh pada kondisi melemahnya income (pendapatannya). Namun demikian ada hikmah yang lain, sebagai solusinya, yaitu pembudidayaan dan pengolahan talas beneng ternyata prospeknya sangat menjanjikan.

Pasalnya, komoditi tanaman asli Pandeglang ini ternyata sejenis tanaman serba guna, dari mulai daun, batang, umbi, bahkan getahnya pun bisa menjadi sumber pendapatan.

“Bahkan potongan sampah dari batang atau daunnya pun jika membusuk kemudian dicampur dengan komposisi obat khusus, kemudian jika dihinggapi lalat BSF (Black Soldier Fly) yang dibudidayakan khusus untuk menghasilkan larva yang disebut Magot ini ternyata bisa menghasilkan uang juga. Magot ini adalah bahan pakan burung atau ikan, bahkan oleh orang-orang Taiwan bisa dikonsumsi sebagai makanan mereka, karena mengandung protein yang tinggi,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Budi Januardi menjelaskan, Talas Beneng (Beuneur atau besar dan koneng/kuning) adalah tumbuhan lokal asli Pandeglang yang telah tumbuh selama ratusan tahun di area kaki Gunung Karang.

tanaman ini punya nama Latinnya adalah Xantoshoma Undi Pers K. Koch, dapat tumbuh di seluruh area tanah yang ada di wilayah Indonesia. Tumbuhan ini juga tidak manja, sebab menurutnya, bisa hidup tetap tangguh dan tidak terpengaruh oleh iklim hujan maupun kemarau. Begitu pula bisa dipanen kapan pun dan tidak akan pembusukan seperti talas bogor. Untuk diketahui, bila sewaktu panen tetapi lewat batas waktu, maka talas bogor itu akan membusuk di tanah.

Bahkan Pemerintah Pusat telah menetapkan pengakuan bahwa tanaman ini adalah varietas asli dari Kabupaten Pandeglang yang memiliki keunggulan komparatif dalam segala hal di banding dengan talas lainnya. Pasarnya pun sangat jelas bahkan banyak negara luar seperti Australia, Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan telah siap membeli komoditi varietas ini dengan jumlah tonase yang cukup signifikan. “Ratusan ton siap ekspor setiap bulannya,” katanya.

Banyak keunggulan yang dihasilkan talas beneng. Umbinya bisa dijadikan tepung bahan makanan seperti kue, bolu maupun roti, maupun bahan pokok pengganti beras, bahan kosmetik, juga sebagai alternatif pengganti BBM atau bio gas.

Bisa dijadikan obat diabetes karena zat gulanya yang terkandung dalam umbi talas beneng ternyata lebih rendah dari pada nasi, tetapi berkalori tinggi atau 353,83%. Daunnya bisa dijadikan tembakau bila dikeringkan atau bahan baku rokok tanpa nikotin, maupun rokok herbal.

Getahnya pun mengandung asam oksalat sebagai bahan obat untuk penyakit kanker {bahan obat-obatan farmasi}. Dari satu ton umbi talas beneng bisa menghasilkan 1 liter oksalat yang harganya Rp 50 juta per liter. Batangnya bisa dijadikan bahan baku kerajinan tangan seperti tas, tikar, sandal dan lain-lain.

“Umbi talas beneng yang sudah kita kupas, lalu dicampur dengan garam kasar (garam karungan) maka rasa gatalnya bisa hilang, sehingga bisa dimakan mentah sekali pun aromanya bernuansa nanas. Tapi jika dijadikan keripik, malah rasanya seperti kentang goreng,” terangnya.

Cadangan Efektif Krisis Pangan

Masih ungkap Budi, jika kita menanam luas 1 hektare itu dibutuhkan sekitar 10.000 ribu bibit talas atau lompong beneng. Di usia 3-4 bulan sudah mulai bisa panen daun tuanya. Untuk satu batang tanaman talas atau lompong beneng ini bisa mendapatkan daun 3-4 lembar dan selama 3 minggu sekali bisa panen untuk daun tuanya.

Berarti selama 3 minggu sekali kita mendapatkan keuntungan dari daun talas yang sudah tua dengan rata-rata 3 sampai 4 lembar daun dengan berat kurang lebih 1 kg. 1kg x 10.000 tanaman budidaya talas atau lompong beneng 10.000 x 1.000 per kg. Berarti 3 minggu sekali keuntungan dari daun saja mendapatkan minimal Rp.10 juta.

“Tetapi kalau 1 tanaman talas beneng yang telah berusia 3 tahun dapat menghasilkan umbinya seberat 40 Kg,” ujarnya.

Talas beneng, ungkap Budi, bisa dijadikan cadangan efektif dikala terjadi krisis pangan dunia. Sebagaimana pernah digulirkan WHO, bahwa suatu saat nanti dunia akan mengalami krisis pangan. Tetapi masyarakat Pandeglang harus mempersiapkan untuk antisipasi hal itu dengan budidaya talas beneng.

Ditambahkannya, saat ini untuk memenuhi permintaan Australia saja yang memesan daun talas beneng sebanyak 200 ton per bulannya. Menurut Budi, ternyata Pandeglang baru mampu mamasok sekitar 16 ton.

Dia mengakui, kita perlu areal tanah seluas 1500 hektare, sedangkan area yang sudah efektif baru 200 hektare. Sehingga, Pemkab Pandeglang terus melakukan langkah strategis untuk memperluas area untuk pembudidayaannya.

Dan pemerintah pusat pun telah siap membantu dalam hal memperbanyak pembibitan, dengan catatan varietas talas beneng itu harus segera dilabelisasi. Sehingga, atas dasar itu pemerintah pusat bisa mengelontorkan sejumlah anggaran sesuai dengan yang dibutuhkan untuk proyek pembibitan tersebut. Pemerintah pusat melalui Pemkab Pandeglang dianjurkan untuk melakukan Gerakan Tiga Kali Ekspor terkait komoditi ini.

Menggalakan Penanaman

Untuk meningkatkan pendapatan para petani serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat dari sektor budidaya talas beneng ini, maka dibentuklah Asosiasi Pelaku Usaha Talas Beneng (Asputabe) yang diketuai H. Dedi Saeful DM.

Tupoksinya adalah membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang dalam hal menampung atau membeli hasil panen para petani talas beneng. Selanjutnya, melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Pertanian, Pemkab Pandeglang, maupun Pemprop Banten, BTTP, juga dengan pihak perbankan dan para pemesan dari negara luar.

“Mohon izin Pak Pjs, esok kami akan mengumpulkan seluruh Kelompok Tani se-Kabupaten Pandeglang dan para pengurus pondok pesantren untuk sosialisasi menggalakan penanaman talas beneng di masing-masing wilayahnya, sekaligus memberikan sebanyak 7000 bibit talas beneng,” pungkasnya.

Sementara Pjs Bupati Pandeglang, Gunawan Rusminto mengatakan, pihaknya sangat mendukung semua langkah strategi yang dilakukan Dinas Pertanian Pandeglang yang berkorporasi dengan para petani maupun asosiasi terkait.

“Semoga program tersebut bisa sukses dan terus berkesinambungan. Tadinya Pak Gubernur mau datang menghadiri acara ini, namun dikarenakan ada agenda acara lain sehingga beliau menugaskan saya untuk hadir dalam acara ini,” pungkasnya.

Sedangkan Kepala BPTP Banten, DR. Isma  mengatakan, pihaknya telah berupaya optimal agar dalam waktu dekat pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk segera menetapkan SK terkait labelisasi talas beneng sebagai komoditi tanaman asli dari Kabupaten Pandeglang,” ujarnya.

Hadir dalam acara itu, beberapa Pejabat Eselon 3 Dinas Pertanian Pandeglang, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pandeglang, Hj. Tati Suwagiharti, Staf Ahli Bupati Pandeglang, Hj. Endah, Camat Kadu Hejo, Danramil, Kapolsek, Babinsa, Babinkamtibmas dan unsur pejabat Muspika setempat, beberapa Kepala Desa Kecamatan Kadu Hejo dan Cimanuk, jpara Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) di Kecamatan Kadu Hejo dan Cimanuk serta perwakilan dari Perhutani.

Penulis: Dede

Editor: Hendy

Artikel Terkait

Berita Populer