progresifjaya.id, JAKARTA – Pulau Penang, sebuah negara bagian Malaysia sudah lama terkenal dengan pariwisatanya. Namun orang-orang Indonesia datang ke pulau yang letaknya di dekat Selat Malaka itu berkunjung ke sana utamanya untuk berobat sambil berlibur. Mengapa banyak warga negara Indonesia (WNI) umumnya kelas menengah lebih memilih Penang untuk berobat? Itulah pertanyaannya. Mereka menjawab, berobat di rumah sakit (RS) di Penang dijamin sembuh, biaya perawatan medis lebih murah dibanding dengan biaya serupa di rumah-rumah sakit di Indonesia.
Di pulau berpenduduk kurang dari 800 ribu jiwa itu, terdapat lebih dari 12 rumah sakit mewah dengan peralatan medisnya berteknologi modern dan canggih, seperti Island Hospital dan Sunway Medical Center.
Dokter-dokternya pun sangat mumpuni dan benar-benar ahli di bidang spesialisasinya. Pasien dapat memilih dokter yang diinginkan untuk mengobati penyakitnya.
Menurut cerita para pasien Indonesia yang pernah berobat di sana, mereka benar-benar dilayani atau ditangani secara profesional. Dari mulai masuk rumah sakit, pemeriksaan penyakit dengan alat-alat kedokteran berteknologi mutahir sampai hasil laboratorium, pasien diperlakukan sebagai tuan atau raja. Para medis dan dokter melayani dengan sepenuh hati, senyum dan ramah. Selain itu para pasien, dijamin sembuh, artinya jika sudah didiagnosa penyakitnya langsung ditindaklanjuti tidak menunda-nunda.
Pemberian obat juga langsung yang paten, tidak mencoba-coba dengan obat yang kurang bagus. Pasien diobati sampai sembuh jadi tidak bolak balik ke rumah sakit. Sistem pelayan yang efisien dan proses administrasi juga cepat tidak memakan waktu terlalu lama. Makanya orang Indonesia banyak berobat di Penang. Biasanya satu sampai tiga hari sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.
Dari cerita-cerita itulah banyak warga Indonesia berobat ke Penang daripada ke rumah sakit di Indonesia yang dianggap bertele-tele dalam menangani pasien.
Memang, Pulau Penang yang beribukota George Town itu, sejak lama jadi tujuan wisata medis di Asia Tenggara. Alasan di balik banyaknya warga RI yang berobat ke sana ternyata bukan cuma masalah harga yang lebih murah, tapi juga kenyamanan dan kemudahan proses admistrasi rumah sakit yang cepat.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi mengungkapkan pendapatnya bahwa salah satu mereka berobat ke Malaysia karena faktor komunikasi dokter yang mereka anggap lebih enak di sana daripada di Indonesia.
Mengenai biaya rumah sakit di sana murah, Adib mengatakan, karena ada kebijakan negara, regulasi soal free tax khususnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sebelumnya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang bolak-balik ke luar negeri untuk berobat ada lebih dari 1 juta orang. Indonesia jelas dirugikan dari kondisi ini. Sebab, ada potensi nilai ekonomi yang hilang.
“Kita kehilangan 11,5 miliar dolar AS atau kalau dirupiahkan itu Rp 180 T hilang karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri,” ujar Jokowi, pada 2024 lalu.
Masalah lain yang juga membuat banyak warga Indonesia ‘kabur’ ke luar negeri untuk berobat adalah kurangnya tenaga medis ahli di dalam negeri. Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa Indonesia mengalami krisis dokter spesialis yang akut. Penyebabnya adalah sistem pendidikan dokter spesialis yang sangat memberatkan peserta didik.
Menkes menyoroti perbedaan besar dalam sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Ia menyebut, Indonesia menjadi satu-satunya negara di mana calon dokter spesialis harus berhenti bekerja dan membayar biaya pendidikan yang sangat tinggi untuk melanjutkan studi.
“Kita ini unik sendiri di dunia. Di luar negeri, dokter spesialis tetap bekerja dan digaji selama pendidikan. Kita malah harus berhenti kerja, bayar mahal, dan baru bisa praktek lagi setelah lulus,” kata Budi pada Raker dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (29/4).
Penulis/Editor: Isa Gautama