Bunuh diri adalah tindakan membunuh diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, pelakunya membunuh dirinya sendiri dengan berbagai cara misalnya menggantung diri, menembak atau apapun sampai meninggal, yang jelas selain merugikan diri sendiri juga tidak di benarkan oleh ajaran Agama apapun.
Tindakan tersebut biasanya sipelaku depresi, menanggung banyak persoalan dan tidak menemukan solusi, dan panik berlebihan sampai memilih jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Pengertian tersebut adalah pengertian Denotatif yang sebenarnya.
Pengertian bunuh diri juga bisa diartikan tindakan yang merugikan diri sendiri. Contoh dalam permainan sepak bola justru pemainnya melakukan tindakan memasukkan bola ke gawangnya sendiri, yang tentunya sangat merugikan dan disayangkan kenapa hal itu terjadi, biasanya kejadiannya tidak sengaja atau ada kesalah pahaman antar pemain.
Banyak contoh tindakan bununh diri, yang intinya adalah tindakan yang merugikan diri sendiri ma’na konotatifnya disebut bunuh diri.
Kalau kita amati dengan seksama tindakan yang dilakukan Rezim di masa pesta demokrasi bisa dimanai sebagai tindakan Bunuh diri, banyak tindakannya justru merugikan diri sendiri dan terus dilakukan, kenapa ini terjadi, banyak faktor, diantaranya salah strategi atau panik berlebihan. Sehingga tindakannya kontra produktif.
Mari kita amati secara obyektif
Pak Jokowi yang dibesarkan Mega justru The Endnya tidak kompak bahkan cenderung berhadapan meskipun masih samar samar, tapi dapat dengan mudah di amati. Diawali drama Pak Jokowi belum pernah sekalipun mengendos Puan sang Putri mahkota Mega, justru aktif mengendos PS, GP bahkan ET.
Bahkan Jokowi membentuk Koalisi besar tanpa menggandeng PDIP.
Mega mencium aroma kolaborasi mengusung GP, dengan King Maker Jokowi.
Mega mengambil langkah sangat strategis, dengan mengumumkan GP sebagai Capresnya, dan terbukti koalisi besar kocar kacir bahkan PPP langsung merapat sebagai langkah penyelamatan, tinggallah Golkar dan PAN yang terombang ambing tidak punya nilai jual, dia mau berlabuh ke koalisi apapun sudah tidak punya nilai barganing position, karena jagoannya sudah diambil Mega.
Jokowi kaget ternyata langkahnya dibaca Mega, maka Jokowi pun merapat ke Mega menunjukan dukungannya atas tindakan Mega, sampai mengajak GP satu mobil dan satu pesawat.
Jokowi baru sadar bahwa dirinya tidak lagi King Maker apa lagi ternyata elektabilitasnya GP semakin terpuruk, hal mungkin efek negatif statmen Mega yang mempertegas bahwa GP adalah petugas partai, statmen ini sebenarnya untuk mengikat GP dan menunjukan existensi Mega.
Tapi justru jadi bumerang, karena pemilih tidak akan milih petugas partai tapi petugas rakyat terlebih ada isue perjanjian bahwa penentu kabinet itu PDIP- Mega bukan GP. Rakyat semakin ngeri apa bila hal ini terjadi, kedaulatan benar-benar ditangan PDIP- Mega.
Jokowi semakin panik akhirnya melirik PS. istilahnya berpindah ke lain hati, tindakan Jokowi membuat Mega gusar, kemesraan Jokowi ke PS semakin tampak dan jarak ke GP semakin renggang.
Mega itu cerdik untung diimbangi kecerdikan yang lain, buktinya upaya menggoyahkan koalisi perubahan dan sent lampu kuning ke Jokowi dengan cara mendemonstrasikan pertemuan AHY Puan tdk berhasil menggoyahkan peta perpolitikan.
Jokowi semakin panik berbagai usahanya sepertinya kurang meyakinkan, maka rencana awalnya dilancarkan terus secara konsisten, bahwa penghalang utama langkahnya adalah AB. Maka berbagai strategi mengarah untuk menghentikan langkah AB.
Tindakan Jokowi yg ugal ugalan justru tindakan bunuh diri dalam arti kata konotatif yang fatal, karena bukan hanya merugikan dirinya, tapi justru sangat menguntungkan AB.
Permainan sedang berjalan angin perubahan berubah menjadi badai yang akan menghempaskan siapapun yg mencoba menghalangi. AB.
Sedangkan GP sulit untuk dijual karena pemilih tidak akan memilih petugas partai, suara 20 % tidak akan mampu mengantarkan petugas partai jadi RI 1, begitupun PS, para pemilih fanatiknya telah kecewa dengn peristiwa 2019.
AB hadir tepat waktu untuk menjawab berbagai kekecewaan. AB hanya bisa dikalahkan dengan kecurangan, tapi apa bila itu dilakukan resikonya terlalu besar.
Sebaiknya tindakan Bunuh diri hentikan ganti dengan tindakan penyelamatan diri itu pilihan yg tidak bisa dihindari. Merapatlah ke AB, agar suasana kondusif dan suksesi tidak tegang
Ini hanya analisis sederhana bisa benar dan bisa juga salah, masa menganalisis saja tidak boleh inikan negara demokrasi, jadi harus juga berdemokrasi dalam berfikir. Agar bangsa ini cerdas, jangan sampai orang berfikir saja tidak boleh.
Editor: Asep Sofyan Afandi