progresifjaya.id, JAKARTA – Konflik yang berkepanjangan antar dua mantan Jenderal TNI memperebutkan Partai Demokrat terus bergulir. Banyak kalangan yang menghawatirkan karena bisa memicu musnahnya keteladanan berdemokrasi dalam berpolitik di mata publik.
Dari pada terus berkonflik, Moeldoko disarankan mengalah saja dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu diminta untuk menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Priboemi besutan mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Djoko Santoso. Permintaan sekaligus tawaran itu disampaikan Sekjen Partai Priboemi, Heikal Safar.
“Saya ingin menghibahkan Partai Priboemi kepada Moeldoko dan seluruh pendukungnya,” ujar Heikal dalam keterangannya, Senin (4/10) seperti yang dilansir GenPI.com.
Namun tawaran Sekjen partai itu, belum direspon oleh Moeldoko, diterima atau tidak. Yang jelas, tawaran itu sudah disampaikan, meski lewat pemberitaan media massa.
Heikal mengatakan, dengan Moeldoko mejadi Ketum Partai Priboemi dapat meredam konflik politik dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait Partai Demokrat.
Menurutnya, niatannya menghibahkan Partai Priboemi kepada Moeldoko didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas serta rasa empati yang sangat mendalam terhadap kedua tokoh nasional dam mantan petinggi di tubuh TNI.
Heikal menambahkan, jika kedua tokoh nasional mantan petinggi TNI tersebut masih saja berkonflik politik, maka akan berdampak musnahnya keteladanan berdemokrasi dalam berpolitik di mata publik.
“Sehingga moral saya terpanggil untuk mengambil langkah cepat dan konkrit ingin menghibahkan Partai Priboemi kepada Moeldoko beserta seluruh pendukungnya,” bebernya.
Partai Priboemi adalah partai nasionalis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah tersebar di seluruh Indonesia dengan memiliki visi ke depan memperjuangkan masyarakat pribumi agar dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Sehingga sesuai dengan program kerja kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden KH Maruf Amin yakni agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.
Dia berharap kepada Moeldoko dan SBY untuk segera menghentikan konflik politiknya, karena dirinya maupun publik sangat prihatin.
Heikal juga menyarankan Moeldoko mengalah saja dan menerima tawaran dari dirinya untuk memimpin Partai Priboemi.
Seperti dalam semboyan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang sangat populer yakni Tut Wuri Handayani Ing Ngarso Sung Tolodo Ing Madyo Mangun Karso.
“Artinya di depan memberikan teladan, di tengah membangun kemauan, di belakang memberikan dorongan dan pengaruh,” pungkasnya.
Penulis/Editor: Isa Gautama