Friday, May 23, 2025
BerandaOpiniDialog Imajiner Tiga Sahabat

Dialog Imajiner Tiga Sahabat

Bersama: Dr.,Drs.,H. Mukhtadi El Harry, MM., M.Sc.-

  1. Aku didukung oleh partai pemenang tanpa bergabung dengan siapapun aku sudah mengantongi tiket Presidensial Threshold. Akulah Petugas Partai yang yakin akan memenangkan Pilpres karena Oligarki ada di belakangku, meskipun terkadang keki juga Pak Dee…masih suka main mata dengan sahabat dekatku, untunglah main matanya bukan dengan sahabat ku yang satunya.

Meskipun Ema ku sudah mengusung ku tapi aku masih merasakan di lingkunganku belum sepenuh hati mendukungku, katanya aku ga punya prestasi, prestasinya cuma di medsos, keterlaluan jujurnya itu sahabatku, akukan latar belakangnya memang Youtuber yang jadi gubernur, jadi virallah,  akhirnya mba ku dan mamanya yang tadinya tidak suka pun terpesona dan mendeklarasikan ku, karena takut Aku keburu dideklarasikan oleh Pak Dee… melalui koalisi besar.

Itulah keberuntunganku, karena Emaku tidak punya kader yang laku dijual, Pak Dee…pun ingin jadi king maker dengan cara menjual aku, akhirnya aku diuntungkan diperebutkan, padahal aku ya ora duwe prestasi, jadi Gubernurpun wargaku akeh sing miskin  he he he.

Karena kwalitasku  memang rendah maka cara kampanyekupun  nyontek Pak Dee….dan selalu muji muji keberhasilannya, dan Emaku.. he he he….

Cuma sejatine aku yo Wedi, Saiki rakyat wis cerdas-cerdas Opo yo gelem milih wong sing ora cerdas he he he…jangan-jangan partai pengusungku malah tumbang karena aku akeh kekurangannya.

Semoga masih ada yang percaya karo lembaga survei, karena meskipun hasilnya aku selalu tertinggi, tapi sambutan masyarakat dingin , sedingin salju

Aku cuma berdoa semoga kejujuranku dimaafkan wong akeh aamiin..

P Aku galau meskipun Pak Dee…sayang sama aku bahkan mengisyaratkan anak kesayangannya ditawarkan mendampingiku, tapi rasa galauku tidak bisa hilang, karena para pendukungku di 2014 pada hilang entah kemana , padahal dulu para ulama ijtihad sampai berjilid-jilid sekarang boro- boro ijtihad.

Aku rindu saudaraku 212, titip salam pun tidak, padahal   dulu merekalah pendukung utamaku, buktinya setiap kampanye mereka menyumbangkan uang berkarung- karung sekarang boro-boro, nasib nasib.

Tapi aku tetap punya semangat jadi orang ke 1 di Republik ini, teman purnawirawanku pun tidak seluruhnya mendukung aku, mereka banyak yang mendukung 2 orang sahabatku.

Mungkin mereka kecewa karena aku dianggap nyebong.

Mungkin klo aku dulu tidak bergabung jadi Menteri, sekarang giliran ku jadi RI 1.

Usiaku sudah tidak muda lagi, ini kesempatan terakhir aku bertarung semoga sukses  semoga keberuntungan ada dipihakku,  sebagai seorang prajurit pantang penyerah. Seandainya kalahpun nanti sahabatku yang menang, harapannya masih ingat aku, sepertinya kalau jadi menterikan masih mampu

A, hanya dimasaku ada ratusan  Gubernur, Bupati  dan walikota di PJ kan, namun ternyata sengsara membawa nikmat, ndilalah kersaneng Allah ada orang baik hati aku di usung jadi Bacapres padahal orang itu dulu rival bebuyutanku, jadilah aku punya kerjaan baru, muter-muter kesana kemari bebas gak ada sing nglarang, mungkin ini yang disebut rejeki anak soleh.

Meskipun aku di juluki Gabener, tapi nyatane, dimana pun berada sambutannya diluar dugaan. Terkadang aku bingung, aku kan gak punya partai kok ada yang mengusung ku dan sekarang aku sudah cukup tiket untuk mendaftar dan Alhamdulillah aku juga sudah punya pasangan, jadi begitu pendaftaran dibuka aku sudah siap, secara teoritis yang memenangkan pertandingan adalah orang yang lebih dulu siap semoga ini tanda-tanda alam.

Kehadiranku sepertinya berada pada waktu yang tepat disaat rakyat butuh perubahan aku hadir menawarkan perubahan, istilahnya pucuk  dicinta ulampun tiba.

Sepertinya semua sedang berpihak padaku, jadi akupun tidak terlalu berat untuk kampanye, karena intinya yang kampanye adalah sistem itu sendiri, kalau kita cermati siapapun yang akan memenangkan suatu pertandingan dapat diamati dari prosesnya, atas dasar tersebut sekarang aku harus menjaga agar proses tetap berjalan baik tidak ada gangguan sampailah tiba waktunya kita menyongsong perubahan bersama-sama rakyat membangun republik ini dengan lebih baik dan tetap menghargai usaha keras para pendahulunya. (*)

Editor: Asep Sofyan Afandi

Artikel Terkait

Berita Populer