progresifjaya.id, JAKARTA – Sebuah kanal youtube Forum News Network milik wartawan Edi Mulyadi menyoroti proyek infrastruktur pemerintah yang dinilainya ugal-ugalan, tidak menggunakan perencanaan matang.
Proyek infrasruktur ini, menurut Edi dalam kanal youtube Forum News Network, Senin (24/7), bagaimana telah memakan korban bukan hanya dari BUMN tetapi juga dari para pengusaha kontraktorkecil dan menengah.
Perusahaan karya berplat merah ini, kata Edi mengutip pernyataan Sudirman Said, membuat keuangan BUMN berdarah-darah dengan utang yang tiba-tiba menggelembung sangat tinggi.
Edi menyebut ini adalah jebakan infrastruktur. Hasil imbal balik infrastruktur ini tidak sesuai dengan pengeluaran, (menimbulkan) utang yang luar biasa besar, dan yang paling penting manfaatnya tidak dirasakan secara maksimal oleh rakyat terutama rakyat sekitarnya.
“Nah ini jebakan infrastruktur dan kita mengalaminya. Utang Indonesia sudah Rp 7.780 triliun jika ditambah utang-utang BUMN yang pernah ada di lautan negara ini jumlahnya bisa tembus Rp 12-15 ribu triliun. Bahkan kalau meminjam (pernyataan) Misbakhun yang anggota DPR, katanya kalau sudah ditambah dengan utang BBM hamper Rp 20 ribu triliun,” ujar Edi dalam kanal youtube-nya.
Menurut Edi, betapa amburadulnya proyek infrastruktur Jokowi tanpa perencanaan dan ugal-ugalan yang mengakibatkan BUMN karya jebol dan ada yang dipailitkan.
Tetapi yang paling penting, kata Edi lagi, Ketika PUPR menunjuk para kontraktor dan subkontraktor banyak cerita miris sekali.
Cerita Miris Kontraktor
Kemudian kanal Forum News Network menampilkan cuplikan tayangan dampak proyek infrastruktur terhadap pengusaha kontraktor kecil dan menengah. Salah satu pengusaha dalam sebuah rapat di Komisi VI DPR RI, menjerit karena setelah proyek selesai modalnya belum dibayar pemerintah akibatnya rumahnya terancam disita bahkan sudah ada yang disita oleh bank pemerintah.
“Ini parasut kontraktor yang ada di daerah yang benar-benar saat ini menjadi korban karena kita juga mengeluarkan modal untuk turut ikut membangun infrastruktur. Jadi kita ini sudah menjaminkan aset kita, rumah kita, agar keluar modal dari bank untuk ikut membiayai proyek negara. Ketika kita mengerjakan sebuah proyek kita ditargetkan harus selesai sekian bulan, kualitas bahan baku dan spesifikasinya. Tapi begitu proyek selesai, kami tidak dibayar. Saat ini kami merasakan hidup di jaman penjajahan. Keringat dan modal kita sudah habis, sekarang asset kita itu malah terancam mau disita oleh bank yang juga bank pemeritah. Nama saya Triyatno dari CV Trijaya Abadi,” demikian cuplikan tayangan jeritan pengusaha kontraktor lokal.
Sementara pengusaha lainnya menangis karena rumahnya disita padahal sudah sudah mengerkjakan kewajibannya.
“Saya sudah mengerjakan kewajiban yang diberikan oleh istana tapi hak kami tidak dinilai Pak, sampai kemarin tanggal 8 rumah saya disita,” katanya sambal menangis.
Usai cuplikan tersebut, Edi menyebut ini buruknya ekonomi kapitalis. Kata dia, pengusaha kecil dan menengah berpartisipasi dalam proyek infrastruktur, mereka mengagungkan segala macam ke bank milik pemerintah dengan mengikuti aturan grade segala macam.
“Ketika proyek selesai mereka tidak bayar. Akibatnya kredit macet, bank menyita asetnya dan yang menyita itu bank pemerintah. Ini salah satu buruknya ekonomi kapitalis,” sebut Edi.
“Jokowi dan Erick Thohir, saya rasa kalian harus menonton berita-berita dan derita-derita semacam ini. Rakyat yang berpartisipasi membangun infrastruktur kalian banggakan. Dan yang paling penting itu dibangun di atas penderitaan rakyat,” katanya. (Red)