progresifjaya.id, JAKARTA – Gegara video mengibarkan bendera Israel di media sosial dua tahun lalu muncul lagi, finalis Miss Indonesia 2025 wakil Papua Pegunungan, Merince Kogoya (20) didiskualifikasi dari ajang kontes kecantikan tersebut. Posisinya digantikan oleh Karmen Anastasya sebagai wakil Papua Pegunungan pula. Keputusan ini diambil karena video tersebut viral di medsos dan memicu gelombang protes publik. Hal itu membuat pihak penyelenggara memulangkan wanita cantik berkulit gelap itu dari masa karantina Miss Indonesia pada malam 26 Juni 2025.
Namun Merince Kogoya menjelaskan bahwa aksinya mengibarkan bendera Israel itu bersifat religius, dan sama sekali bukan bentuk dukungan politik kepada negara yang baru saja berperang selama 12 hari dengan Iran.
“Saya hanya menjalankan kepercayaan saya sebagai pengikut Kristus untuk berdoa memberkati… namun video reels saya dua tahun lalu disebarluaskan dengan berbagai macam pendapat yang tidak benar tentang keyakinan saya,” ujar Merince.
Melalui unggahan di Instagram Story, Merince juga menyampaikan permintaan maaf kepada tim, masyarakat Papua Pegunungan, dan keluarga yang telah mendukungnya. “Saya minta maaf kepada masyarakat Papua Pegunungan… posisi saya digantikan dengan hitungan menit karena komentar publik yang pro Palestina,” tulisnya.
Meski mengakui telah melalui perjuangan berat yang mengorbankan waktu, tenaga, dan dana, Merince menyatakan bahwa keputusan ini terasa sangat cepat dan mengecewakan, mengingat hanya disebabkan oleh persepsi warganet terkait dukungan politiknya.
Kabar pemulangan Merince pertama kali mencuat dari akun Instagram komunitas pecinta ajang kecantikan, @sobat_pageant. Dalam unggahan pada Sabtu malam (28/6) Akun tersebut menginformasikan bahwa Merince tidak lagi melanjutkan kompetisi karena dianggap menunjukkan sikap pro-Israel.
“Miss Papua Pegunungan yakni Merince Kogoya dikabarkan telah dipulangkan kemarin malam dan tidak lagi melanjutkan kompetisi di Miss Indonesia 2025,” tulis akun tersebut, dikutip Minggu (29/6).
Kontroversi ini bermula dari beredarnya video Merince yang memperlihatkan dirinya mengibarkan bendera Israel sambil menari di tanah Papua. Tidak Marince saja yang membawa dan mengibarkan bendera Israel, tapi banyak warga, termasuk orang-orang yang berpakaian adat Papua. Mereka menyebut sedang melakukan kegiatan merayakan hari keagamaan.
Video tersebut dianggap sangat sensitif, terutama mengingat situasi geopolitik yang sedang memanas di Timur Tengah, khususnya agresi Israel terhadap Palestina.
Unggahan itu sontak menyulut perdebatan sengit di kalangan komunitas pecinta ajang kecantikan Indonesia. Banyak warganet mengecam tindakan wanita itu dan mendukung keputusan tegas dari pihak penyelenggara Miss Indonesia.
Merince Kogoya lahir di Wamena pada 14 Agustus 2005. Sebagai mahasiswi asal Papua dia aktif di media sosial menggunakan akun Instagram dengan nama @kogoya\_merry. Akunnya cukup populer di kalangan netizen, dengan lebih dari 5.000 pengikut.
Dilansir dari Instagram @kogoya\_merry, diketahui alumni dari SMAN 3 Jayapura. Kemudian ia kuliah di Universitas Cendrawasih (Uncen). Tak hanya itu, Merince juga dikenal sebagai pribadi yang berprestasi dan atletis.
Semasa SMA, ia pernah mengikuti berbagai kompetisi, seperti kompetisi Sains Nasional Tingkat Provinsi tahun 2021. Ia aktif di bidang olahraga, terutama basket dan kegiatan sosial serta edukatif
Kiprahnya ini membuat Merince terpilih sebagai finalis Miss Indonesia 2025 perwakilan Papua Pegunungan. Namun, setelah video mengibarkan bendera Israel viral, dia dipulangkan mendadak ke daerahnya, Papua.
Dalam akun Instagramnya sebelum ditutup, Marince mengungkap kekecewaannya didepak dari ajang tersebut. Ia merasa usaha dan perjuangannya sia-sia. “Berjuang dengan pertarungan hebat, orang lain yang menikmati,” tulisnya.
Dia juga mengatakan bahwa perjalanannya menuju panggung Miss Indonesia 2025 tidaklah mudah. “Tuhan tidak pernah buta melihat perjuangan anak-Nya. Perjuangan saya 4 bulan hingga berhasil mendapatkan sash (selempang) finalis Papua Pegunungan dan mengorbankan banyak hal, mendapatkan bantuan sampai dengan Rp 65juta bahkan tim saya pun turut merasakannya lelahnya perjuangan ini. Nyawa jadi taruhan, di situasi penembakan, kami pergi untuk pembuatan video profil. Sakit, jatuh bangun, tangisan dalam perjalanan ini,” ungkap Marince.
Editor: Isa Gautama