progresifjaya.id, JAKARTA – Layanan financial technology (fintech) atau teknologi finansial (tekfin) kini didominasi oleh kalangan muda, terutama generasi milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012).
Berdasarkan laporan Lokadata.id, sebanyak 78 persen masyarakat generasi milenial dan gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital.
Dalam keterangan tertulis, Chief Data Officer Lokadata.id Suwandi Ahmad mengatakan, anak-anak muda saat ini sudah terbiasa menggunakan teknologi finansial karena beberapa faktor.
Mulai dari kemudahan akses, kemampuan fintech untuk memfasilitasi transaksi keuangan yang cepat dan efisien, serta fleksibilitasnya.
Salah satu layanan fintech yang paling banyak digunakan oleh generasi muda adalah Buy Now Pay Later (BNPL).
Menurut data Lokadata.id, 67 persen pengguna fintech memanfaatkan layanan “beli sekarang, bayar nanti” itu. Faktor yang mendorong penggunaan layanan BNPL adalah keterbatasan dana tunai dan penawaran promosi khusus.
Dalam proses pembayaran, kalangan muda paling suka menggunakan tenor antara 1 hingga 3 bulan. Menurut Lokadata.id, ini mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan utang dengan cepat.
Dengan kemudahan digitalisasi tersebut tak jarang muncul beberapa kekhawatiran, diantaranya doom spending, yaitu perilaku belanja yang cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang).
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pembiayaan konsumtif melalui skema BNPL melonjak hingga 89,20 persen dari tahun ke tahun/year over year (YoY) dengan nilai mencapai Rp7,99 triliun pada Agustus 2024. Namun, Non-Performing Financing (NPF) tetap terkendali di angka 2,52 persen.
Pertumbuhan adopsi fintech yang signifikan oleh generasi milenial dan gen Z ini juga menimbulkan kekhawatiran, yaitu resiko gagal bayar.
Berdasarkan data OJK, generasi milenial dan gen Z memang menjadi penyumbang utama kredit macet pinjaman online (pinjol).
Pada Juli 2024, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di perusahaan pinjol atau peer to peer (P2P) lending mencapai sebesar 2,53 persen.
Adapun untuk porsi Gen Z dan Milenial dalam kategori di usia 19 tahun sampai 34 tahun yang menjadi penyebab utama TWP90 pada Juli 2024, mencapai 37,17 persen.
Direktur PT Indodana Multi Finance Iwan Dewanto mengatakan, BNPL memang menjadi game changer di kalangan anak muda karena memberikan fleksibilitas dalam berbelanja. Namun, ada kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan agar pengguna tidak terjebak dalam utang yang berlebihan dan konsumtif. (Red)