progresifjaya.id, NGANJUK – Bicara seni wayang berarti bicara seni edipeniadiluhung. Bicara tentang satu keindahan dari sebuah seni yang mengandung nilai-nilai keutamaan hidup. Juga bicara tentang filosofi keleluasaan pandangan, filosofi yang mengedepankan dialog dalam perbedaan, serta filosofi tentang toleransi terhadap pluralitas untuk menerima komunitas lain.
Kuatnya pandangan dan keyakinan tentang ragam filosofi seni wayang ini ternyata juga tertanam nyata pada diri Babinsa Kodim 0810/Nganjuk, Koptu Parnianto. Dalam tayangan video berdurasi 3.53 menit dengan judul Wayang & Bela Negara, getaran filosofi yang terkandung dalam seni wayang itu terdengar jelas dari penuturannya.
“Saya sejak kecil sudah sering diajak nonton pentas wayang. Akhirnya saya jadi suka dan sudah mulai belajar bikin wayang dari kardus ketika SD. Pada akhirnya seni ini pun jadi metoda saya sekarang sebagai Babinsa untuk bisa dekat dengan masyarakat,” tuturnya dengan wajah semringah.
Dikatakan, satu contoh dari penerapan metodanya dari seni wayang ini dia lakukan saat musim kemarau belum lama ini. Guna menyampaikan pesan ke masyarakat agar menghindari aksi bakar-bakar ketika kemarau, dia selalu menyisipkan sosok Batara Brahma saat sedang berdialog.
Dalam mitologi Jawa, Batara Brahma adalah sosok dewa api. Putera Sanghyang Pramesti Batara Guru dan Dewi Umayi yang tinggal di Kayangan Deksina Geni ini dikenal punya kesaktian untuk membinasakan kejahatan dengan api saktinya.
“Iya dalam setiap dialog saya ke masyarakat saya selalu menyisipkan sosok Batara Brahma untuk dibahas. Pada intinya sih, saya ingin masyarakat selalu sadar bahaya bermain api ketika kemarau saat mengingat Batara Brahma yang saya ceritakan. Sesederhana itu saja sebenarnya metoda saya,” ujarnya lagi.
Lebih jauh lagi tentang penerapan filosofi seni wayang yang diyakini, Koptu Parnianto juga memperkenalkan prinsip wawasan kebangsaan dan bela negara kepada anak-anak SD dengan sosok wayang. Karena audience yang dihadapinya masih anak-anak, sosok wayang yang dimunculkan pun dipilih figur lucu seperti Petruk, Bagong dan Gareng.
Sejauh ini, cara dan metoda yang dilakukan Koptu Parnianto dengan seni wayang-nya ini memang terbukti ampuh sesuai harapan. Pesan yang dia sampaikan selalu bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat yang diajak berdialog. Hubungan komunikasinya dengan masyarakat jadi terasa cair dan sosoknya pun terbangun lekat dan diingat selalu oleh masyarakat. Tak ubahnya seperti sosok wayang -wayang yang dia bahas ketika berdialog dengan masyarakat.
Menyikapi cara dan metoda Koptu Parnianto dengan filosofi seni wayang-nya ini ke masyarakat, Dandim 0810/Nganjuk, Letkol Inf Andi Sasmito secara lugas mengaku sangat mengapresiasi. Dia juga berharap apa yang diyakini dan dilakukan oleh Koptu Parnianto ini bisa diterus dipertahankan dan dilestarikan.
“Pesan saya ke Babinsa saya, Koptu Parnianto adalah tetap semangat. Juga terus pertahankan kelestarian budaya wayang yang sangat baik ini hingga akhir hayat,” cetus Dandim Andi Sasmito menyemangati. (Bembo)