progresifjaya.id, JAKARTA – Komite Masyarakat Transparansi (KMT) rupanya juga memperhatikan kasus pemerasan dan penganiayaan di Asahan yang dilakukan dua bandit bernama Pontas Sibarani dan Budiman Krisman Sibarani terhadap korban Syahbuki Hasibuan. Akibat dari penganiayaan tersebut, korban Syahbuki menderita luka parah di kepala yang membuat penglihatan matanya buta di sebelah kiri.
Kasus ini ditangani Polsek Kisaran Kota yang sudah menangkap pelaku Budiman. Sementara satu pelaku lagi yakni Pontas belum tertangkap.
Menyikapi hal ini, Ketua Presidium KMT, Abu Yazid menyebut belum tertangkapnya pelaku Pontas sebagai hal tak masuk akal. Dengan segenap keilmuan dan kemampuan reserse yang dimiliki, menjadi hal memalukan buat aparat Reskrim Polsek Kisaran yang tak bisa mencokok Pontas.
“Memangnya Pontas itu siapa? Brian Colin Charrington, penjahat kambuhan Inggris yang jadi satu dari 10 penjahat paling dicari polisi Eropa. Kan, bukan. Jarak langkahnya juga masih bisa diukur, kok. Dan dia juga kan punya istri yang bisa dipakai polisi sebagai alat tawar agar Pontas menyerahkan diri,” ujar Abu Yazid mengkritisi, Selasa, (1/7).
“Atau jika memang mengakui kualitas kemampuan reskrimnya tak sanggup melacak keberadaan tersangka, bisa minta tolong ke Satreskrim Polres Asahan atau ke Subdit Jatanras atau Subdit Resmob Polda Sumut untuk bantu menangkap, kan,” kata Abu Yazid dengan nada pesimis.
“Sekarang masyarakat lagi nunggu bukti kemampuan Reskrim Polsek Kisaran Kota buat menangkap Pontas. Sampai di mana sih, kemampuan mereka. Jangan petantang petenteng aja bisanya. Kasus ini sudah jadi sorotan luas, bukan cuma sorotan se-Kecamatan Kisaran,” tambahnya.
Ditegaskan Abu Yazid lagi, perkara ini sebenarnya makin aneh karena Bandit Pontas Sibarani diam-diam sudah sepakat berdamai di angka Rp20 juta dengan korban Syahbuki Hasibuan pada Senin, (30/6) malam. Bandit Pontas juga bisa leluasa ke rumah korban bebas dari pantauan
aparat Reskrim Polsek Kisaran Kota. Dan lebih lucu lagi, usai berdamai malah korban Syahbuki yang menghilang dari peredaran. Demikian juga dengan Pontas yang kembali hilang.
“Berkaca dari kenyataan ini, muncul dugaan ada permainan udang di balik batu antara Bandit Pontas dengan Reskrim Polsek Kisaran Kota. Kenapa perdamaian tidak di Polsek Kisaran Kota? Kan ada Laporan Polisi atau LP kasus ini di sana. Ada apa gerangan? Kita bisa laporkan ada dugaan permainan dalam kasus ini ke Propam agar segera diselidiki. Kita lihat saja nanti seperti apa,” tegas Abu Yazid lagi.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Kisaran Kota, Ipda Riswan ketika dihubungi progresifjaya.id mengatakan pelaku Pontas belum tertangkap karena keberadaannya memang belum terlacak. Apalagi pelaku Pontas, sambungnya, juga bukan warga Kisaran melainkan warga Pematangsiantar.
“Pontas dan Budiman warga Siantar. Budiman juga kita tangkap di Siantar. Namun Pontas seperti lenyap ditelan bumi. Kita belum bisa deteksi keberadaan dia. Rumah tempat dia tinggal di Siantar juga sudah kosong,” Ipda Riswan menjelaskan.
Pun begitu, lanjutnya, Reskrim Polsek Kisaran Kota terus melacak keberadaan Pontas. Sudah beberapa kali jajarannya datang ke Siantar untuk mencari Pontas. Perjalanan 2,5 jam lewat tol dari Kisaran ke Siantar dilalap buat memburu Pontas. Hanya memang belum membuahkan hasil.
“Secepatnya kami ingin tangkap dan proses Pontas. Dan kami akan gunakan segala cara buat membekuk dia. Doakan saja tak lama lagi Pontas bisa kami tangkap,” ujarnya berharap dukungan. (Bembo)