progresifjaya.id, JAKARTA – Kasus positif corona di sini jauh dari kata wassalam. sebaliknya, terus bertambah banyak. Sampai kemarin, sudah tembus 100 ribu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menebar rasa optimisme, tapi tetap juga tak bisa menutupi kecemasannya.
Sejak akhir bulan lalu, perkembangan kasus corona semakin mengkhawatirkan. Tiap hari, rata-rata penambahan kasus positif mencapai 1.000 orang.
Kemarin, pertambahan kasus positif mencapai 1.525 orang. Sehingga jumlah kasus corona mencapai 100.303 orang. Dari jumlah tersebut, 58.173 orang dinyatakan sembuh, dan 4.838 orang meninggal dunia.
Jumlah kasus tersebut menempatkan Indonesia dalam daftar negara-negara dengan kasus 100 ribu. Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi. Disusul Filipina dengan 80 ribu kasus dan Singapura 50 ribu kasus. Sementara di Asia, Indonesia berada di urutan ke-8.
Kemarin pagi, Jokowi menggelar rapat terbatas dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan ekonomi Nasional melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta. Saat membuka rapat, Jokowi memberikan sejumlah arahan. Intinya, eks Gubernur DKI ini meminta jajarannya bekerja keras dalam menangani krisis kesehatan dan ekonomi.
Pertama, ia minta jajarannya mengintegrasikan kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi. Penanganan kesehatan tetap menjadi prioritas, tidak boleh mengendur sedikitpun. “Aura krisis kesehatan terus digaungkan sampai nanti vaksin tersedia dan bisa digunakan secara efektif,” kata Jokowi.
Tak hanya itu, eks Walikota Solo ini meminta kepada Komite yang di komandoi Airlangga Hartarto itu, untuk menurunkan angka kematian serendah rendahnya. Lalu meningkatkan angka kesembuhan setinggi-tingginya, dan kendalikan laju pertumbuhan kasus kasus positif baru.
Untuk mewujudkan target tersebut, Jokowi berpesan agar pengujian, penelusuran, dan perawatan pasien corona harus dilakukan secara massif dan lebih agresif. Kedua, Jokowi minta jajarannya meningkatkan serapan anggaran stimulus Covid-19 sebesar Rp 695 triliun.
Data yang diterima Presiden per 22 Juli lalu, anggaran baru terserap 19 persen atau sekitar Rp136 triliun. “Ini masih belum optimal dan kecepatannya masih kurang,” ujarnya.
Jokowi lantas memerinci serapan anggaran. Bidang perlindungan sosial baru terserap 38 persen, UMKM sebesar 25 persen, sektor kesehatan baru terealisasi 7 persen, dan insentif dunia usaha baru 13 persen. Demikian halnya dengan dukungan untuk sektoral dan pemerintah daerah yang juga baru ter serap 6,5 persen.
Agar serapan anggaran lebih cepat, Jokowi minta jajarannya membuat terobosan. Kalau perlu merevisi regulasi yang menghambat serta menghilangkan ego sektoral. “Bekerja lebih cepat, sehingga serapan anggaran yang belum optimal tadi, betulbetul segera diselesaikan,” tuturnya.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga merangkap sebagai Ketua Komite mengungkapkan hasil rapat dengan Presiden. Dia bilang, Komite sudah menyiapkan obat agar Indonesia tak masuk jurang resesi. Salah satu obat itu adalah pemerintah akan melakukan belanja besar-besaran di kuartal ketiga dan keempat. Tujuannya untuk meningkatkan permintaan dalam negeri sekaligus menggerakkan dunia usaha.
Dengan cara ini, kata Airlangga, maka kontraksi ekonomi akibat efek domino Covid-19 bisa diredam. Selain itu, pemerintah mendorong penyaluran bansos dan program padat karya. Kemudian kartu prakerja, subsidi gaji, dan penyaluran kredit modal kerja dan penjaminan pemerintah dengan prioritas UMKM.
Airlangga melanjutkan, pemerintah juga memutuskan untuk memberikan subsidi listrik selain kepada kelompok berpenghasilan rendah, juga kepada para pelaku industri. Berupa relaksasi abonemen atau biaya listrik minimum yang selama ini jadi beban. “Pemerintah juga menyiapkan program yang disebut beli produk Indonesia,” papar Airlangga.
Di tempat terpisah, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, pandemi bisa diatasi jika masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
Ia menegaskan corona itu ancaman nyata. Ibarat malaikat pencabut nyawa. Korban di seluruh dunia sudah lebih dari 600.000 orang. “Semua harus sadar ini bukan konspirasi, bukan rekayasa, sejarah flu spanyol harus jadi pelajaran,” kata Doni seusai rapat.
Ia juga mengatakan, saat ini Indonesia belum mencapai puncak wabah Covid-19. Sebab, data terus menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Karena itu, ia minta masyarakat disiplin melakukan protokol kesehatan.
Sementara itu, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menilai wajar kalau presiden harapharap cemas. Soalnya angka penambahan positif Covid-19 terus bertambah. Dengan kondisi ini sulit untuk melihat puncak pandemi
Dia bilang, ada dua hal untuk me mutus rantai penyebaran Covid-19. Pertama, membatasi mobilitas penduduk dan kedua, mengubah perilaku masyarakat. Sayangnya, kedua hal itu tak terpenuhi dengan baik. Pelonggaran PSBB misalnya, menyebabkan penambahan kasus. Begitu juga soal perilaku masyarakat.
Menurut dia, masyarakat makin abai terhadap protokol kesehatan apalagi setelah pemerintah tidak lagi menayangkan perkembangan kasus harian melalui siaran langsung. “Padahal komunikasi itu membuat masyarakat mau mengikuti protokol kesehatan,” kata Hermawan, kemarin.
Editor: Hendy