progresifjaya.id, JAKARTA – Tidak semua orang bisa dapat mukjizat dari kekuasaan Tuhan. Namun banyak juga orang yang akhirnya percaya bahwa keajaiban itu ada. Percaya tidak percaya, namun ini benar-benar dialami oleh seorang nelayan dari Kota Lima, Peru, bernama Maxima Napa Castro (61).
Lelaki sepuh itu bisa bertahan di tengah lautan selama tiga bulan tanpa perbekalan yang cukup. Bahan sampai tidak makan berhari-hari di kapalnya yang terombang ambing.
Bisa dibayangkan, betapa menderitanya nelayan tua itu, sampai ada hasrat untuk mengakhiri hidupnya. Namun keajaiban tiba. Dia tetap semangat dan terus berdoa kepada Tuhan agar bisa selamat dan bertemu kembali dengan keluarganya.
Semangat itulah yang membuat Gaton, panggilan nelayan itu berhasil bertahan hidup setelah 95 hari setelah dinyatakan hilang di laut. Ternyata, dia bisa bertahan hidup karena memiliki iman yang kuat dan keinginannya untuk bertemu dengan keluarganya.
“Pertama-tama, itu adalah iman saya kepada Tuhan. Karena saya berbicara kepadaNya selama berhari-hari. Karena saya memberi tahu betapa pentingnya keluarga saya. Istri saya, saudara laki-laki saya, anak-anak saya,” kata Gaton seperti dikutip CNN.
Namun, untuk menjaga harapan tetap hidup tidaklah mudah, karena semangatnya pernah merosot seiring dengan persediaan makanan yang menipis dan dia ingin mengakhiri hidupnya.
Saat melaut sendirian, Gaton memang menyiapkan perbekalan berupa makanan untuk sebulan dan setelah 30 hari pertama di laut, ia siap untuk kembali ke daratan.
Tetapi saat itulah motor kapalnya mengalami kerusakan mesin sampai akhirnya dia terombang ambing di laut lepas.
Dari sanalah sang nelayan harus menjatah sedikit makanan dan air yang tersisa, berharap akan bertahan cukup lama hingga ada seseorang menemukan dirinya.
Tetapi setelah sekitar satu bulan, perbekalannya habis. Jadi, Gaton beralih ke tindakan ekstrem. “Setelah Januari dan Februari, saat itulah saya mulai memakan serangga yang keluar dari sela-sela kayu kapal dan berbagai jenis ikan yang kebetulan melompat masuk ke dalam perahu,” ujarnya.
Selain itu ia juga memburu burung-burung di tengah malam yang sedang bertengger dan tertidur di atas kapalnya. Dengan tongkat Gaton menyelinap di belakang burung-burung itu dan memukulnya agar bisa ditangkap. “Saya tidak ingin melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan agar saya bisa hidup,” ucapnya lagi.
Pada satu titik, Gaton bahkan harus berburu kura-kura, bukan untuk dagingnya saja, tetapi darahnya juga diambil untuk diminum karena ia tidak punya persediaan, airnya, habis.
Tidak lama setelah itu, sebuah tanda harapan akhirnya tiba pada pertengahan Maret 2025. Saat itu Gaton hampir tertidur di dalam kapalnya, sayup sayup terdengar suara dan makin lama makin keras.
“Sepertinya saya mendengar orang memanggil namaku ‘Gaton’ yang ternyata seorang petugas penyelamat di helikopter. Saat itulah saya berkata (kepada Tuhan): Kau berhasil! Kau berhasil,” tutur Gatón.
Orang-orang di dalam helikopter memberi isyarat kepadanya bahwa kapal lain akan segera tiba untuk membawanya pulang. Setelah sekitar satu jam, saat malam tiba, nelayan itu akhirnya melihat lampu kapal dan menjadi tanda bahwa dirinya bisa pulang. “Itu sesuatu yang luar biasa,” ucap Gaton.
Setelah 95 hari yang menyiksa itu, dia sekarang memiliki apresiasi baru terhadap kehidupan.
“Saya akan menceritakan kisah saya ke seluruh dunia, agar dunia tahu bahwa Tuhan adalah segalanya dalam hidup ini, bahwa kita harus meletakkan tangan di dada dan memenuhi diri kita dengan cinta, memberi cinta. Itulah yang kita butuhkan di Bumi ini,” pungkas Gaton.
Penulis/Editor: Isa Gautama