Oleh: Joni Matondang
Sila ke-2 dalam butir Pancasila adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Singkat! Memang. Namun singkatnya kata tersebut menyimpan makna yang begitu meresap dalam sendi kehidupan. Adil dan Beradab.
Di era media sosial dengan tekhnologi digital turut serta dan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita keseharian. Kecerdasan dan perpaduan arus informasi begitu pesat. Tetapi khususnya kita yang berada di wilayah adat ketimuran saat ini serasa ada yang “kurang”. Sebagaimana inti utama dari sila ke 2 tersebut adalah kurangnya Adab.
Timbul pertanyaan? Mana lebih kita dahulukan adab atau ilmu? Tentu mengundang banyak pertanyaan dan juga banyak jawaban. Tetapi kalau kita katakan Adab lah yang dahulu tentu ada benarnya. Karena memang dalam hidup ini kita harus lebih mengutamakan adab dan akhlak lah yang terlebih dahulu baru ilmu.
Kita tidak sedang membahas pemilihan presiden yang lalu. Juga tidak membicarakan politik, karena faktanya, suka tidak suka bahwasanya saat ini Jokowi lah yang menjadi kepala negara yang kita sebut presiden. Perseteruan politik antar dua putra bangsa Jokowi-Prabowo tentu adalah yang terbaik dengan integritas yang tak perlu diragukan dan pantas kita sebut tokoh bangsa yang menjadi negarawan.
Kekalahan Prabowo yang ke dua kalinya tentu membuat simpatisanya menyimpan rasa jengkel yang tidak karuan. Tetapi saat ini Prabowo yang juga menjadi Menteri Pertahanan yang otomatis menjadi bawahan Jokowi menunjukkan serta memberikan teladan yang luar biasa soal adab, di tengah banyaknya para pesohor di negeri ini yang tidak memperlihatkan adab yang baik, terutama terhadap Presiden.
Dalam foto tersebut terlihat Prabowo menunjukkan adab kepantasan sikap seorang bawahan. Dengan segala kerendahan hati dan kesantunannya dia memperlihatkan adabnya sebagai pejabat negara.
Perilaku seperti itu tentu menjadi istimewa karena kita sudah melihat pembandingnya terlebih dahulu. Di linimasa media sosial sering kita melihat ada pejabat pemerintah, yang sepintas terlihat tidak beretika ketika berhadapan dengan Presiden, terutama dari gestur tubuhnya yang tidak memperlihatkan penghormatan terhadap Presiden.
Dimanakah awal kita mendapat adab? Tentu didikan dalam sebuah keluarga. Sikap dan perilaku itu adalah hasil pendidikan keluarga, yang bisa membentuk karakter seseorang bersikap dalam keseharian. Adab bukan sama sekali cerminan ilmu, karena tidak semua orang tidak berilmu tidak beradab, dan pada kenyataannya ada orang yang berilmu tapi tidak beradab.
Kalau kita melihat karakter Prabowo saat berkampanye dimasa Pilpres, jelas kita tidak menyangka kalau Prabowo memiliki adab yang sangat luar biasa baik. Dia bisa memantaskan adabnya dimuka publik bahwa dia adalah bawahan seorang Presiden.
Menurut penulis, itulah salah satu tanda orang yang berilmu, yang lebih memperlihatkan adabnya sebagai seseorang yang berilmu. Tahu menempatkan kapan harus bersikap sombong, terhadap siapa harus bersikap sombong, meskipun sombong itu sendiri memperlihatkan kerendahan adab.
Terlepas kita suka atau tidak suka kepada Jokowi, tapi sebagai Presiden dia adalah pemimpin tertinggi di negara ini, seorang Kepala Negara, yang akan menerima hisab di akherat kelak atas tanggung jawab kepemimpinannya terhadap rakyat yang dipimpin.
Inilah pentingnya orang berilmu mengutamakan adab, karena dengan adab akan memperlihatkan seseorang itu berilmu atau tidak, dan tidak semua orang berilmu memiliki adab dan akhlak.
Sebagai seorang pemimpin sudah sepatutnya mempunyai adab dan akhlak yang baik, dan menempatkan adab dan akhlak tersebut tidaklah harus pilih-pilih kepada siapa patut ditempatkan. Adab dan akhlak bagi seorang yang berilmu adalah sikap untuk memberikan teladan kepada siapa saja.
Tidak ada anjuran kepada orang yang tidak kita sukai, atau kita benci, tidak perlu memperlihatkan adab kesopanan sebagaimana kita lihat betapa banyaknya kata makian dalam dunia media sosial yang benar-benar tidak menunjukkan adab. Agama menganjurkan kita bersikap baik kepada siapa saja, tidak terkecuali terhadap orang yang kita benci.
Semoga saja adab dan akhlak Prabowo ini bisa diteladani oleh pejabat negara yang lainnya. Baik buruknya seorang Jokowi, dia adalah pemimpin rakyat Indonesia, Presiden Republik Indonesia, pemimpin tertinggi di negara ini.