progresifjaya.id, PEKANBARU – Rapid test atau test cepat Covid-19 dimanfaatkan untuk langkah awal screening awal. Akan tetapi, tidak sedikit dari hasil tes yang dihasilkannya tidak akurat. Sayangnya, hal baru baru disadari.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yopi, mengatakan pihaknya kini tidak mengambil kebijakan rapid test demi memutus penularan Covid-19.
“Kami intensif melakukan pendekatan swab. Karena memang hasil rapid test-nya negatif palsunya lumayan tinggi. Rapid negatif, swab positif,” ujar Indra, Selasa (23/6).
Pihaknya kini terus menggalakkan pemeriksaan spesimen melalui metode PCR. Dalam tempo 10 hari terakhir, kini laboratorium dapat memeriksa 700 sampel dari swab test dalam satu hari.
“Dalam 10 hari terakhir kapasitas lab bisa 700 sampel per hari. Jumlah yang paling maksimal dulu hanya 580 sampel per hari. Dengan bertambahnya kasus positif dengan tracing maka kami memperkuat surveillance kami, yakni dengan tidak melakukan rapid melainkan PCR,” beber Indra.
Mayoritas kasus Covid-19 di Riau berasal dari luar daerah. Hal itu disinyalir kurang ketatnya pemeriksaan kesehatan masyarakat yang ingin bepergian ke luar kota.
“Imported case semua. Karena memang sudah dibuka oleh pemerintah pusat, orang dapat bepergian dengan mengandalkan rapid test. Ini menjadi masukan dan kritik semua, rapid test negatif tapi dia bergejala ringan, tetapi saat PCR dia positif,” ungkap Indra.
“Kami berdasarkan melihat surveillance kuat imported case. Imported cased ini bisa mengelola tapi agak sulit. Kalau pemeriksaan swab lebih aman,” kata Indra.
Editor: Hendy