progresifjaya.id, JAKARTA, – Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan permasalahan kesehatan yang saat ini jumlahnya masih sangat tinggi. Berdasarkan data Global Report 2024, Indonesia menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah India. Untuk kasus TBC tahun 2024 tercatat sebanyak 66.072 kasus, dan di Jakarta Selatan di tahun yang sama sebanyak 13.250 kasus.

Hal ini terungkap dalam gelaran BERKAWAN (Berdiskusi Kota dan Wartawan) dengan tema “Upaya Eliminasi TBC 2030 di Jakarta Selatan” Kolaborasi Pokja PWI (Kelompok Kerja Persatuan Wartawan Indonesia), Sudin Kominfotik (Suku Dinas Komunikasi Iformatika dan Statistik) serta Sudin (Suku Dinas Kesehatan) yang berlangsung, di Ruang Nusantara, Lt.VI, Blok A, Pusat Kantor Walikota Jakarta Selatan, Jalan Prapanca Raya No.9, Kebayoran Baru, Selasa (17/6/2025).
Ketua Pokja PWI Jakarta Selatan, Joni Matondang menuturkan, program Gerakan Bersama Eliminasi Tuberkulosis Tahun 2030 memiliki nilai penuh arti dan manfaat besar bagi kesehatan masyarakat.

Menurutnya, kesehatan masyarakat membutuhkan perhatian serius dari semua pihak termasuk peran insan pers yang tergabung di Pokja PWI memiliki tanggungjawab besar dalam menyampaikan informasi terkait TBC dengan benar, agar bisa dipahami masyarakat.
“Dampak dari penyakit TBC bersifat multidimensi, tidak hanya pada kesehatan, namun juga secara psikologis, sosial dan ekonomi,” tutur, Joni Matondang.
Di kesempatan yang sama, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan melalui Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Drg Evelyn menutrkan, untuk wilayah Kota Jakarta Selatan tahun 2024 telah terbentuk 65 Kampung Siaga TB tersebar di Seluruh Kelurahan.
“Kampung Siaga TB merupakan bentuk dari gerakan bersama menuju eliminasi TB tahun 2030 karena peran dari semua sektor baik pemerintah, sektor swasta, masyarakat, tenaga kesehatan, kader, LSM dan sektor lainnya. Kampung Siaga TB juga menjadi ruang membangun kesadaran masyarakat, menghapus stigma, dan menumbuhkan empati terhadap para penderita maupun penyintas TB,” papar drg Evelyn.
Disisi lain dituturkanya, dampak dari adanya Kampung Siaga TB dapat meningkatnya penemuan kasus TB serta meningkatnya investigasi kontak pada tahun 2024 sehingga dengan penemuan jumlah kasus TB ini diharapkan lebih banyak diobati sehingga kedepannya dapat menurunkan angka penularan di masyarakat, tutur, Evelyn.
Sementara itu, Seksi Pengelola program Sudin Kesehatan Jakarta Selatan dr.Sari Agusina jika menuturkan, ditemukan gejala berupa batuk selama 2 (dua) minggu (kadang-kadang ada bercak darah), penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan demam maka segera dilakukan cek kesehatan di Puskesmas terdekat.
“Jika ditemukan hal tersebut maka patuhilah etika batuk yang benar, seperti menutupnya dengan tangan dan menjauh dari kumpulan orang sehingga bakteri Tb tidak menyebar yang dapat menularkan penyakit TB,” tutur dr Sari.
Tak hanya itu paparannya dr Sari Agustina juga mengkampanyekan gerakan “Salam TB” Temukan, Obati dan Sembuhkan. Sehingga masyarakat bisa melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk diketahui dalam gelaran BERKAWAN dengan tema “Upaya Eliminasi TBC 2030” di Jakarta Selatan yang menghadirkan sejumlah narasumber kompeten mulai dari Sudin Kesehatan juga dihadirkan, Ketua PWI Provinsi DKI Jakarta, Kesit B.Handoyo, dan Nazar Husain..
Ketua PWI DKI Jakarta Kesit B Handoyo meminta pemilik media massa untuk lebih meningkatkan pemberitaan tentang dunia kesehatan.
“Para pemilik media massa termasuk portal berita online diharapkan agar meningkatkan atau membuat rubrik kesehatan di laman portal beritanya. Sehingga masyarakat tak hanya mendapatkan info kesehatan di medsos (media sosial) saja,” tutur, Kesit.
Diakhir diskusi tersebut pemateri sekaligus salah satu pembicara, Nazar Husain berpesan agar wartawan untuk lebih meningkatkan menjaga kesehatannya masing-masing.
Penulis/Editor: Asep Sofyan Afandi