Saturday, January 18, 2025
BerandaInternasionalLapas di Indonesia Jadi Momok Menakutkan, Hidup di Penjara Jepang Justru Membahagiaan

Lapas di Indonesia Jadi Momok Menakutkan, Hidup di Penjara Jepang Justru Membahagiaan

progresifjaya.id, JAKARTA – Tingginya biaya hidup bagi orang lanjut usia (lansia) di Jepang, menyebabkan mereka lebih tenang tinggal di penjara. Oleh karenanya, mereka yang berusia lanjut banyak melakukan tindak kriminal dengan harapan bisa masuk hotel prodeo.

Memang, penjara di negeri Sakura itu, sangat baik pengelolaannya, sehingga para penghuninya yang sudah tua betah tinggal di sana. Tidak seperti di Indonesia Lembaga Pemasyarakatan (LP) menjadi momok yang menakutkan bagi para penghuninya, apalagi bagi pelaku-pelaku kejahatan yang sudah berumur.

Padahal mereka hanya melakukan tindak pidana mencuri untuk kebutuhan perut semata. Namun setelah hidup di penjara makin sulit.

Fenomena aneh yang muncul di Jepang saat ini banyak lansia ingin hidup di dalam penjara, meningkat lebih dari dua kali lipat selama 20 tahun terakhir. Secara persentase, sebagaimana dilaporkan Reuters, jumlah tersebut sebetulnya mengalami peningkatan 7% dari satu dekade sebelumnya.

Mahalnya biaya tinggal, tingginya biaya layanan kesehatan, dan terjerat kesepian akibat ditinggal keluarga pada akhirnya membuat mereka stres. Karena kembali bekerja dan menghamba pada pemerintah tidak lagi mungkin, maka satu-satunya cara terbaik adalah berbuat kriminal supaya masuk penjara.

Seperti dilansir NCBCIndonesia.com mengutip BBC International, para lansia menganggap penjara adalah tempat menyambung hidup terbaik. Pasalnya, di balik jeruji besi, mereka bisa memperoleh tempat tinggal, mendapat layanan kesehatan 24 jam, dan terpenting, kebutuhan hidup dasar dapat terpenuhi.

Meski tidak mendapat kebebasan, tetapi warga dijamin pemerintah saat dipenjara. Itulah hebatnya Jepang dibanding Indonesia, tidak ada jaminan yang memadai, semua serba kekurangan.

Contoh kasus, seorang kakek berusia 64 tahun bernama Toshio Takata secara sengaja ingin dipenjara. Toshio awalnya seorang pensiunan yang tinggal seorang diri, tetapi uang pensiun yang didapat tak bisa menutupi besarnya biaya hidup.

Setelah kesulitan mencari nafkah dan gagal, Toshia putus asa dan punya rencana cerdik. Dia ingin mencuri sepeda, lalu secara sukarela menyerahkan diri kepada polisi. Sekali waktu, dia sungguh melakukan itu dan berhasil.

“Lihat, saya mengambil sepeda ini,” katanya kepada polisi, saat menceritakan ulang kronologimya.

Meski tergolong kecil, polisi sangat serius menindaknya. Hasilnya pun sesuai harapan sang kakek di mana ia dipenjara setahun.

“Saya bisa makan dan tinggal secara gratis,” kata Toshio tanpa rasa bersalah.

Setelah setahun dan bebas, Toshio malah ketagihan hidup di penjara. Dia lagi-lagi punya rencana jahat dan berhasil ditindak.

Kali ini dia super bahagia karena bisa menghabiskan waktu di penjara lebih lama. Di hukuman kedua, polisi menghukumnya delapan tahun penjara karena melakukan pengancaman dengan senjata.

“Saya menyukai karena bisa tinggal gratis. Bahkan setelah keluar nanti, saya punya uang banyak karena dana pensiun saya tidak terpakai oleh kebutuhan di rumah,” ujar kakek berusia 64 tahun itu.

Jika kasus Toshio didasarkan pada masalah finansial, maka kasus yang menjerat para perempuan lansia lain cerita. Perlu diketahui, mayoritas tahanan lansia adalah perempuan.

Kantor berita NHK menulis mayoritas kasus para nenek itu 90% adalah pencurian. Mereka secara sukarela masuk penjara karena kesepian, bisa karena ditinggal keluarga atau cerai.

Takako Suzuki, perempuan berusia 76 tahun, rela masuk penjara karena menganggap hidupnya di sana bisa bahagia.

Sebelum menjadi terdakwa, Takako punya suami dan dua anak yang sudah bekerja. Kesibukan anaknya dan suami yang sudah tiada membuat dia merasa kesepian, yang membuatnya nekat melakukan aksi pidana dan mencapai yang dia inginkan, yakni masuk penjara.

Saat ditahan, polisi mendiagnosis dia terkena demensia, sehingga dia dibebaskan setelah enam hari ditahan. Namun, setelahnya dia justru kembali ingin masuk penjara dengan mencuri.

Kepada NHK, Takako cerita saat di penjara kualitas hidupnya meningkat. Dia tak lagi kesepian, bisa ngobrol bareng tahanan lain, melakukan kegiatan keterampilan, dan mendapat pengobatan fisioterapi secara gratis.

“Saya lebih baik dan suka di sini. Sangat senang,” kata Takako.

Jepang saat ini menjadi salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi, peringkat 4 di belakang Monaco, Hong Kong dan Macau. Dengan angka harapan hidup 83 tahun atau jauh di atas rata-rata dunia (73 tahun) membuat Negeri Matahari Terbit tersebut banyak sekali ditemukan lansia.

Secara statistik pada 2021 Badan Pusat Statistik Jepang memaparkan terdapat 36,3 juta atau 28,95% warga berusia 65 tahun ke atas, alias tiap empat orang ada satu lansia.

Dari angka tersebut, jika dipecah lagi maka diketahui ada 90 ribu centenarian atau manusia langka berumur 100-an tahun di Jepang. Proporsinya menjadi rekor tertinggi di dunia, yakni per 100.000 orang terdapat 54 centenarian. (Isa)

Artikel Terkait

Berita Populer