Oleh : Zulkarnain
Terlepas ada tidaknya kecurangan dalam Pemilu yang berlangsung pada 14 Februari 2024 lalu yang sampai saat ini, pasangan 02 Prabowo- Gibran Raka Buming Raka, masih menempati posisi pertama dengan perolehan suara sekitar 57,46 persen.
Sementara pasangan Anies- Muhaimin Iskandar berada di posisi dua dengan perolehan suara lebih kurang 25,30 persen dan Ganjar Pranowo- Mahfud MD hanya memperoleh suara sekitar 16,64 persen.
Namun yang menarik untuk ditelaah adalah hancurnya keangkuhan seorang Ketua Umum PDIP Megawati.
Betapa tidak, Megawati berhasil dipecundangi oleh seorang petugas partai yang selama ini dinaungi partai berlambang banteng itu.
Petugas partai itu adalah Presiden Jokowi, yang berhasil menduduki kursi presiden yang diusung oleh PDIP. Bahkan sejak menjadi Walikota Solo, hingga kemudian sempat menjabat sebagai Gubernur DKI hingga menjadi presiden, Jokowi tetap diusung PDIP.
Namun tak ada yang menduga, dipenghujung jabatannya sebagai presiden, Jokowi mengambil langkah yang sangat berani dan tidak terduga meninggalkan PDIP, dan justru mendukung sepenuhnya Prabowo sebagai calon presiden 2024.Padahal kita tahu, pada Pemilu 2019 yang lalu, Ketua Umum Partai Gerindra ini, menjadi lawan Jokowi, dan dia berhasil memenangi Pemilu 2019 itu.
Manuver Jokowi yang disebut sebut sebagai penghianat terhadap PDIP itu, tak tanggung- tanggunh. Jokowi justru mengajukan anaknya, Gibran Raka Buming Raka untuk mendampingi Prabowo sebagai calon Wakil Presiden.
Meski terjadi kontroversi, dan juga dikritik sangat tajam oleh berbagai lapisan masyarakat karena berkaitan dengan putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan usia Gibran yang belum mencapai 40 tahun, akan tetapi Jokowi seakan tak perduli dengan kritikan tersebut, dan Gibran tetap dapat dicalonkan sebagai Wakil Presiden.
Banyak yang menilai dan menduga, bahwa hengkangnya Jokowi dari PDIP, merupakan balas dendam atas prilaku Megawati yang sering seolah-olah menghina Jokowi. Misalnya, Megawati sering kali menyebut Jokowi sebagai “Petugas Parta”.Megawati juga kerap kali mengatakan kata- kata ” Jokowi ini tanpa saya dan PDIP, bukan siapa-siapa, “.
Bahkan jika berada didekat Megawati, Jokowi tampak kehilangan wibawa, meski kedudukannya sebagai presiden.
Meski sebelum Pemilu, Megawati pernah dengan nada keras mengancam anggota PDIP untuk tidak bermain dua kaki.
Namun ancaman itu sama sekali tidak digubris oleh Jokowi. Sepertinya Jokowi telah merencanakan niatnya untuk meninggalkan partai yang selama ini membesarkan namanya, untuk pindah dan berkoalisi dengan Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN dan PSI. Malah kita juga tahu, sebelum bergabung dengan kubu Jokowi, Partai Solidaritas Indonesia atau PSI sudah sempat mengumumkan dukungannya terhadap Ganjar.
Padahal kita juga mengetahui, sebelumnya Jokowi terkesan mendukung Ganjar Pranowo yang direkomendasikan oleh Megawati sebagai calon Presiden. Namun ternyata Jokowi berbalik mengusung Prabowo. Bahkan kita ketahui, sejumlah pejabat PDIP juga pindah mengikuti jejak Jokowi untuk bergabung dengan Prabowo.
Lalu pertanyaannya,apa yang dapat dilakukan oleh Megawati dengan partainya. Apakah dia mampu menindak Jokowi ataupun anak- anak Jokowi serta me antunya yang juga meninggalkan PDIP. Tapi nyatanya hingga Pemilu usai, Megawati tak mampu berbuat banyak, justru Ganjar yang dia usung, hanya mampu menempati urutan ketiga dibawah paslon 01.Ancaman Megawati untuk menindak kadernya yang berani bermain dua kaki hanya gertakan sambal belaka.
Dari kejadian ini ada pelajaran yang bagus untuk direnungkan oleh Megawati agar tidak sombong dengan kebesaran partainya. Sebab selama ini banyak ucapan putri Proklamator itu yang menyakiti hati masyarakat. Misalnya dia pernah mengatakan bahwa ‘ PDIP tidak butuh suara umat Islam’. Dan Megawati juga pernah menyombongkan bahwa PDIP punya gerbong yang panjang karena banyak partai lain yang ingin berkoalisi dengan PDIP.
Akan tetapi pada Pemilu kali ini, PDIP tak berdaya mengalahkan dua kandidat lainnya. Bahkan lebih parah lagi, dikandang banteng sendiri yakni di Jawa Tengah dan Bali, dapat ditundukkan oleh paslon 02.
Kini kita masih menunggu hasil terakhir perolehan suara dari ketiga paslon. Karena banyak yang menyebut terdapat banyak dugaan kecurangan dari salah satu paslon yakni 02 karena dinilai mendapatkan suara yang sangat fantastis.
Terlepas itu semua, kita masih ingat dalam salah satu pidatonya yang menyindir Megawati, Jokowi mengatakan bahwa “Saya dipilih oleh rakyat, bukan oleh partai”.Pidato tersebut disampaikan Jokowi beberapa bulan sebelum pesta demokrasi tersebut dilaksanakan.
Penulis adalah Wartawan Progresif Jaya