Oleh: Dr. Drs. H, MUKHTADI EL HARRY, MM.
Bangsa ini sedang disuguhi pertunjukan drama malankolis sarat mana kehidupan, hendaknya siapapun bisa mengambil hikmah agar tidak akan terjadi lagi dalam setiap ekisode babak kekuasaan yang dijalankan dengan cara pesanan kepentingan tertentu.
Akhir perjalanan kekuasaan yang sangat memprihatinkan, layaknya seorang yang mau tenggelam ia menggapai apapun demi untuk menyelamatkan dirinya, bahkan melakukan hal hal yang tidak masuk akal, rumputpun digapainya, kepanikan semacam ini bisa dimaklumi. Lebih menyedihkan lagi tampaknya sang penguasa dibiarkan sendiri, para ponggawa terdekatnyapun mulai menjauh atau bahkan diam membisu seribu bahasa sungguh ironis.
Upaya penyelamatan sepertinya akan mencapai titik keputus asaan, gelombang perubahan begitu dahsyat menerpa episode kekuasaan, yang sepertinya hanya bisa diselamatkan oleh kecurangan, tapi resikonya cukup besar, dan siapa yang nekad berani melakukan hal ini.
Jalan tengah yang bisa ditawarkan adalah, hentikan upaya penyelamatan yang justru akan jadi bumerang, biarlah semua mengalir normal, tinggalkan legasi yang baik, bangsa ini bangsa yang bijak dan bermartabat, bangsa pemaaf, insya Allah cara ini akan lebih soft sehingga semua berjalan dengan bersahaja dan kondusif, kami semua mendambakan hidup rukun damai sejahtera sebagai bangsa yang utuh menatap masa depan yang lebih baik.
Filosofi yang perlu dipahami oleh siapapun, bahwa “Kekuasaan dan segala kenikmatannya tidak abadi, semua akan berakhir seiring berjalannya waktu, roda kehidupan terus berputar tidak ada yang abadi, yang abadi adalah perubahan itu sendiri” Saat diatas ingat yang di bawah saat dibawah tidak mengeluh, tidak lupa diri tidak sewenang wenang.
Mari kita sambut babak baru dengan penuh suka cita, siapapun yang akan memimpin kita dukung demi masa depan yang lebih baik, hentikan segala pro kontra yang telah menghabiskan energi dan jangan terulang lagi, yang baik kita teruskan yang buruk kita buang jauh jauh. Bersatu, saling menghormati, rukun damai, ringan sama di jinjing berat sama dipikul jauh lebih indah dari pada ribut sesama saudara. Jauh sebelum merdeka 1928 bangsa ini berhasil mencetuskan “SUMPAH PEMUDA” marilah 2024 kita mencetuskan “SUMPAH INDONESIA”
“Kami bangsa Indonesia hentikan pro kontra, bersatu untuk masa depan yang lebih baik”
Soft landing bukan untuk seseorang, tapi untk seluruh bangsa, karena bangs ini harus tinggal landas, menuju bangsa yang lebih maju dan besar.
*Penulis adalah Dosen Tetap Universitas Pertahanan dan Pemerhati Masalah Sosial*