Dr.,Drs.,H.MUKHTADI EL HRRY, MM.,M.Sc
Negara tercinta ini mengklaim sebagai negara Pancasila, Demokrasi, Hukum, Agraris, Maritim, Murah Senyum bahkan dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Klaim ini semua cukup beralasan, karena kenyataannya memang demikian.
Penulispun ingin memberi predikat ke Nagara tercinta ini sebagai negara politik, klaim inipun cukup beralasan, karena negara ini sepertinya penuh dengan nuansa politik lebih kental.
Buktinya meskipun dalam konstitusi Pemilu dilaksanakan 5 tahun sekali, tapi nuansa politiknya berlangsung sepanjang masa.
Coba perhatikan, 3 tahun sebelum masa kepemimpinan berakhir suasa kampanye sudah dimulai, 1 tahun sebelum pemilu suasana politik sudah hiruk pikuk, begitu sudah ada yang terpilih, sibuk bagi-bagi kekuasaan, setelah bagi-bagi kekuasaan sibuk mengcounter dari kalangan yang tidak merasa mendapatkan porsi yang dikehendaki, dan juga sibuk membela diri dari serangan lawan politiknya, dan tibalah untuk persiapan pemilu berikutnya.
Pertanyaannya berapa persen untuk membangun. Bangsa dan Negaranya, coba perhatikan saat ini para elit lebih sibuk urusan politik dari pada bekerja melaksanakan tugas pokoknya.
Atas dasar itulah penulis lebih cenderung mengatakan bahwa negara ini NEGARA POLITIK karena bukan hanya porsi politiknya lebih dominan tapi berbagai persoalan dipolitisir.
Hal ini menyebabkan terlena untuk ngurusi persoalan yang sebenarnya lebih urgent.
Sehingga potensi kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) yang berlimpah serta dukungan SDM (Sumber Daya Manusia) luar biasa, letak geografis yang sangat strategis, bonus demografi yang sangat potensial nyaris tidak berdampak signifikan terhadap kesejahteraan dan kemajuan bangsa dan negara.
Kondisi semacam ini harus menjadi keprihatinan segenap bangsa, agar bangsa ini kedepan lebih fokus lagi membangun dirinya agar duduk lebih tinggi berdiri apa lagi,
Karena bangsa ini mempunyai persyaratan untuk itu.
Jadi jangan mendholimi diri sendiri, ingat bangsa ini terlalu lama di jajah, karena bangsa ini kaya dengan sumber alamnya dan bangsa nya mudah sekali di adu domba, sehingga semua potensi yang dimiliki oleh bangsa ini yang menikmati justru bangsa lain.
Hendaknya pengalaman pahit masa lalu dijadikan pelajaran yang berharga untuk menatap masa depan yang jauh lebih baik
Terima perbedaan untuk memperkuat persatuan, jalan panjang menuju kondisi yang lebih baik harus kita lalui dengan saling trust dan optimisme.
Para founding father, dengan segala keterbatasannya dapat memerdekakan bangsa sebagai pintu gerbang mencerdaskan dan mensejahterakan bangsanya.
Bagaimana generasi sekarang yang tinggal mengisi pembangunan, harusnya jauh lebih mampu.
Selamat Datang Indonesia Yang Lebih Bermartabat !!!