Monday, May 12, 2025
BerandaNusantaraNelayan Lebak Sepekan Tak Melaut Akibat Gelombang Tinggi

Nelayan Lebak Sepekan Tak Melaut Akibat Gelombang Tinggi

progresifjaya.id, LEBAK –  Nelayan tradisional di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sejak sepekan terakhir ini tidak melaut akibat angin selatan sehingga gelombang cukup tinggi mencapai empat meter.

“Kita selama sepekan tidak melaut, memperbaiki jaring rampus yang kondisinya bantak ditemukan kerusakan,”kata Rizal (45) seorang nelayan Binuangeun Kabupaten Lebak, Senin (7/8/2023).

Kebanyakan nelayan tradisional yang tidak melaut itu, karena memasuki musim angin selatan dan memicu gelombang tinggi.

Biasanya, musim angin selatan dipastikan nelayan tidak melaut juga tangkapan ikan relatif kecil dan tidak sebanding dengan biaya operasional.

Biaya operasional untuk membeli bahan bakar minyak dibutuhkan sebanyak 20 liter atau Rp200 ribu.

“Jika pendapatan relatif kecil juga ditambah cuaca buruk tentu lebih baik  tidak melaut,” kata Sariman.

Begitu juga nelayan lainnya di Pantai Binuangeun Enong Muktar (60) mengatakan dirinya kini tidak berani melaut karena memasuki angin selatan sehingga ketinggian gelombang berpeluang antara 2,5 sampai 4.0 meter.

Para nelayan di sini yang menggunakan tangkapan perahu kincang dengan mesin motor tempel dipastikan tidak kuat menahan gelombang 4 meter.

Mereka nelayan jika memaksakan melaut risikonya cukup besar,selain bisa mengakibatkan kecelakaan juga tangkapan ikan kosong.

Sebab, musim angin selatan kebanyakan jenis ikan tongkol, cakalang, selayaran, jangilus, canggi, bagas, tedeng, lempet, peperek, bilis, singgreng dan kerong-kerong ke tengah laut.

“Kami lebih baik tinggal di rumah sambil menunggu kembali cuaca normal,” kata Muktar.

Kepala Pangkalan Pelabuhan Ikan (PPI) Binuangeun, Kabupaten Lebak, Ahmad Hadi mengatakan, nelayan yang tidak melaut itu kebanyakan nelayan kecil yang menggunakan perahu mesin tempel untuk menghindari kecelakaan laut.

Sebab, cuaca di Perairan Selat Sunda bagian selatan atau Samudera Hindia memasuki angin selatan.

“Kami memperkirakan nelayan yang tidak melaut itu sekitar 1.500 orang,” katanya menjelaskan.

Ia menyebutkan, saat ini, cuaca buruk yang melanda perairan Selat Sunda bagian selatan nilai tangkapan ikan rata-rata 200 ton dengan nilai perguliran uang Rp3 miliar/bulan.

Sebab, nelayan kapal di atas bobot kekuatan 10  grooston (GT) masih beroperasi dengan jelajah di  lima mil dari pantai.

“Kami berharap cuaca kembali normal dan nelayan tradisional kembali melaut,” ujarnya.

Sementara itu, Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang, Banten Tatang mengatakan cuaca buruk tersebut di perairan Banten selatan atau Samudra Hindia dengan tinggi gelombang 2.5 – 4.0 meter.

Dengan demikian, nelayan dan pelaku pelayaran harus siaga serta waspada dampak gelombang tinggi untuk menghindari kecelakaan laut.

“Kami mengimbau nelayan sebaiknya tidak melaut untuk menghindari kecelakaan laut,” paparnya. (R. Rencong)

Artikel Terkait

Berita Populer