progresifjaya.id, JAKARTA – Long weekend atau libur panjang di akhir pekan biasanya ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia. Jauh sebelum hari itu tiba, biasanya masyarakat sudah merencanakan liburan. Entah ke luar kota, dalam kota, pokoknya liburan. Warga Ibu Kota seringkali memilih daerah Puncak sebagai destinasi.
Namun, 2020 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini pandemi virus corona terjadi dan sampai Oktober ini masih ada di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam 4 pekan terakhir, penambahan positif corona bertambah di atas angka 28 ribu kasus sepekan. Atau rata-rata tembus 4.000 kasus sehari.
Hingga Minggu (18/10), kasus corona Indonesia mencapai 361.867 orang. Masih berlabel yang tertinggi di Asia Tenggara.
Jumlah tes corona di Indonesia juga belum memenuhi standar WHO. Menurut Ketua Satgas COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo, targetnya adalah 38.000 orang dites per hari melalui metode TCM dan PCR.
Namun ini masih 75-80 persen terwujud. Hampir 8 bulan, pandemi melanda Indonesia jumlah tes masih fluktuatif di angka 28 ribu sampai 31 ribu per hari.
Tentunya, hal ini berdampak ke positivity rate yang masih jauh di atas dunia. Pada pekan terakhir, positivity rate corona di Indonesia berada di 12,76 persen.
Meski mengalami perbaikan, tapi angka ini masih jauh dari standar dunia. WHO menyebut batas aman positivity rate untuk mengatakan pandemi terkendali adalah di bawah 5 persen.
Artinya, pandemi di Indonesia belum terkendali.
Di tengah situasi tersebut, pada akhir Oktober akan terdapat long weekend. Libur ini dimulai pada Rabu, 28 Oktober yang merupakan cuti bersama terkait Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tanggal merah Maulid jatuh pada Kamis, 29 Oktober. Hari Jumat, 30 Oktober merupakan cuti bersama atau bahasa umumnya adalah harpitnas. Lalu disambung Sabtu dan Minggu (31 Oktober dan 1 November) yang merupakan tanggal merah reguler. Aktivitas baru normal pada Senin, 2 November.
Hal ini bukan untuk dinikmati, tapi diantisipasi.
Kenapa long weekend harus diantisipasi? Karena momen ini bisa memicu penularan.
Sederhananya begini, liburan membuat mobilitas manusia tinggi. Hal ini kemudian menyebabkan kerumunan di sejumlah titik, termasuk tempat wisata tentunya.
Kita tidak saling tahu siapa saja yang membawa virus corona. Apalagi 70 sampai 80 persen kasus corona di Indonesia terkategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Satgas COVID-19 Nasional meminta masyarakat mewaspadai tren ini. Jubir Satgas, Prof Wiku Adisasmito, mengimbau agar rekor penularan selama musim liburan tidak terulang,
Wiku meminta seluruh masyarakat lebih patuh menjalankan protokol kesehatan. Sebab, pandemi masih belum bisa dikatakan terkendali.
Sumber: Kumparan
Editor: Rere