progresifjaya.id, JAKARTA – Pasca gencatan perang misil antaran Israel dan Iran yang diprakarsai Presiden AS Donald, beberapa drone misterius membombardir sistem radar di dua pangkalan militer Irak, pada Selasa (24/6) dini hari. Serangan drone bunuh diri itu merusakkan dua fasilitas militer utama Pangkalan Taji di Utara Baghdad, serta Pangkalan Imam Ali di Provinsi Dhi Qar, Irak Selatan.
Juru bicara militer perdana menteri Irak, Sabah al-Numan, menyebut serangan tersebut sebagai pengecut dan pengkhianatan. “Beberapa drone kecil jenis bunuh diri menargetkan sejumlah lokasi dan pangkalan militer Irak. Serangan ini menyebabkan kerusakan berat pada sistem radar di kedua lokasi,” ujar al-Numan, dilansir AFP.
Lebih lanjut, al-Numan mengungkapkan bahwa pasukan Irak juga berhasil menggagalkan serangan lain terhadap empat lokasi militer tambahan. Drone-drone tersebut berhasil dijatuhkan sebelum mencapai target yang menjadi sasaran.
Sebagai respons terhadap insiden tersebut, Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani memerintahkan pembentukan komite tingkat tinggi untuk menyelidiki dan mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan ini.
Otoritas Keamanan Irak kepada AFP menyebut bahwa serangan pertama menghantam sistem radar di Pangkalan Taji. Beberapa jam kemudian, radar di Pangkalan Udara Imam Ali di Dhi Qar juga dihantam drone lainnya.
Sebuah drone tambahan juga jatuh di Distrik Radwaniya, sekitar 10 kilometer di Barat Bandara Internasional Baghdad, di mana pasukan AS dikerahkan sebagai bagian dari koalisi anti-jihad global.
Hingga saat ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pemerintah Irak juga belum secara resmi mengungkap siapa pelaku yang diduga terlibat. Ketidakjelasan ini memicu spekulasi luas di kalangan analis dan sumber-sumber keamanan.
Kelompok faksi bersenjata Irak yang didukung Iran, yang sebelumnya pernah menyerang pangkalan militer penampung pasukan AS, membantah keterlibatan mereka. “Tentu saja kami tidak ada sangkut pautnya dengan serangan drone ini,” ujar sumber di faksi tersebut kepada AFP.
Namun, seorang sumber lain dari faksi yang sama justru mengatakan bahwa serangan ini mungkin berasal dari Amerika Serikat atau Israel. “Bisa jadi mereka yang melakukannya,” kata sumber tersebut, tanpa memberikan bukti.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan senior Irak mengakui bahwa pihaknya belum dapat menentukan apakah drone diluncurkan dari dalam atau luar negeri. “Kami belum tahu apakah drone-drone itu berasal dari wilayah Irak sendiri atau dikirim dari luar,” ujarnya.
Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal ke fasilitas militer AS di Qatar sebagai balasan atas pengeboman terhadap situs nuklir Iran. Tak lama setelahnya, Israel menyatakan menerima proposal gencatan senjata dari Presiden AS Donald Trump yang hingga saat ini masih belum jelas implementasinya.
Editor: Isa Gautama