Friday, March 28, 2025
BerandaBerita UtamaPejabat Saling Dendam dan Membuka Borok Sendiri Akan Mempercepat Kehancuran Negara

Pejabat Saling Dendam dan Membuka Borok Sendiri Akan Mempercepat Kehancuran Negara

Oleh: Zulkarnain

JIKA kita melihat kondisi negara saat, sungguh sangat memprihatinkan. Sebab Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini tak jelas arahnya dan rakyat bingung mau dibawa kemana negeri kita tercinta ini.

Jadi menurut hemat saya, wajar saja aksi demo mahasiswa belakangan ini bertajuk “Indonesia Gelap”.

Tajuk dalam aksi demo para mahasiswa dari berbagai Universitas itu, jelas menunjukkan kegalauan dan kekhawatiran mahasiswa terhadap kondisi negeri yang tak kian memperlihatkan kemajuan, tetapi justru semakin mundur ke titik ‘Nol’.

Saya sepakat dengan tajuk yang diberikan oleh para mahasiswa dalam aksi demo tersebut yakni “Indonesia Gelap”.

Jelas saja Gelap, karena seperti yang saya sebutkan diatas, negeri ini tak jelas mau dibawa kemana. Disamping itu para pemimpin di era reformasi atau setelah lengsernya mendiang Presiden Suharto, tampak tak memiliki program dan arah yang jelas.

Seperti yang dilakukan oleh mendiang H. Suharto ketika beliau menjadi presiden RI kedua, programnya jelas yakni Repelita satu hingga Repelita 5, kemudian disambung dengan Tinggal Landas.

Dengan program tersebut, Suharto terus menunjukkan kemajuan dalam bidang pembangunan diberbagai sektor.

Diera Suharto, infrastruktur maju dengan pesat, listrik masuk desa dapat dibuktikan dan pertanian sangat maju, sehingga tak heran dimasa itu Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi lambung beras di Asia dan bahkan kita menjadi pengekspor beras ke berbagai negara.

Sekarang yang terjadi para pemimpin dan tokoh- tokoh politik dan para pemimpin partai kerjanya hanya saling dendam, saling membongkar aib dan boroknya masing-masing.

Mereka lebih fokus ribut sana ribut sini, bongkar sana bongkar sini dan saling lapor.

Salah satu contoh kasus yang lagi ramai adalah dibukanya kembali kasus politisi PDIP, Harun Masiku. Dan endingnya, KPK menjadikan Sekjen PDIP Hasto Kristianto sebagai tersangka dan kini telah ditahan oleh KPK.

Hasto disangka turut membantu pelarian Harun Masiku. Padahal kasus ini sudah cukup lama. Dan ketika Jokowi dan Megawati masih akur dan masih satu perahu, kasus suap Harun Masiku itu tak pernah lagi disebut. Bahkan Masiku menghilang bertahun-tahun bagaikan ditelan bumi.

Namun begitu Jokowi hengkang dari PDIP dan justru mendukung Prabowo menjadi presiden, disitulah dimulainya genderang perang antara Jokowi dan Megawati.

Dengan ditetapkannya Hasto sebagai tersangka, kubu PDIP juga menggertak pejabat lainnya termasuk Jokowi, akan membongkar kasus mereka dan menurut Hasto buktinya ada dalam Video.

Kalau kita mundur beberapa tahun kebelakang, Sekjen PDIP Hasto Kristianto juga pernah membongkar kasus yang menimpa mantan Ketua KPK, Abram Samad. Dengan ocehan Hasto itulah Abram Samad diberhentikan sebagai Ketua KPK dan sempat dijebloskan ke penjara.

Begitu juga yang terjadi antara PDIP dengan Partai Demokrat. Kita ketahui Demokrat hendak dikacaukan sehingga anggota Demokrat ada yang berkhianat dan mendukung Moeldoko menjadi Ketua Demokrat tandingan dari Ketua Umum Demokrat AHY.

Namun rencana itu gagal lewat putusan pengadilan, dimana AHY dinyatakan sebagai Ketua Demokrat yang sah.

Sekarang justru AHY masuk dan bergabung dalam kabinet yang disebut “Kabinet Merah Putih” dibawah kepemimpinan Prabowo yang diusung Jokowi.

Beginilah citra para pemimpin saat ini yang lebih fokus membuat gonjang ganjing ketimbang bekerja dengan baik.

Padahal mereka diberikan kepercayaan oleh rakyat dengan harapan dapat mensejahterakan rakyatnya dengan menggunakan uang negara.

Tetapi nyatanya harapan masyarakat itu pupus,malah kondisi masyarakat di Tanah Air saat ini banyak yang tidak makan dengan layak, banyak yang tidak dapat mengenyam pendidikan, serta banyak yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.

Jika sikap saling dendam dan saling membuka borok dan saling lapor ini terus terjadi, maka hal itu akan mempercepat kehancuran NKRI serta semakin menimbulkan kesengsaraan rakyat . Maka jika pejabat tidak ingin disebut “Indonesia Gelap” oleh mahasiswa, fokuslah menjalankan tugas yang telah diamanahkan oleh seluruh rakyat Indonesia dengan sebaik-baiknya dan secara profesional.

Jadikanlah Indonesia ini terang benderang, bikinlah program yang masuk akal dan berkesinambungan, hilangkan sikap saling dendam antar partai dan tunjukkan kinerja sesuai dengan janji janji indah ketika berkampanye dihadapan ribuan rakyat.

Yang perlu saya ingatkan wahai para pemimpin, NKRI ini bukan milik kalian pribadi, tetapi NKRI ini adalah milik seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Dan saya ingatkan juga, bahwa gaji para kalian yang menjadi pejabat itu juga bukan uang dari partai, tetapi uang berasal dari rakyat yang setiap saat dipaksa membayar pajak.Jadi jalankan tugas dengan benar dan jangan hamburkan uang rakyat ini untuk foya foya, dan buatlah program jangka panjang yang masuk akal, berikan kail kepada rakyat, jangan diberikan umpan, sehingga membuat rakyat ini menjadi mental pengemis dan terus hidup dibawah garis kemiskinan…

Penulis adalah Wartawan Senior Progresif Jaya

Artikel Terkait

Berita Populer