Monday, July 14, 2025
BerandaHukum & KriminalPemahaman Abhijit Naskar Bak Pertahanan Artileri Sangar Satpas Polres Garut Terhadap Gangguan...

Pemahaman Abhijit Naskar Bak Pertahanan Artileri Sangar Satpas Polres Garut Terhadap Gangguan Berita

progresifjaya.id, JAKARTA – Unit pelayanan Satuan Penyelenggara Administrasi SIM (Satpas) Polres Garut yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Nomor 204, Sucikaler, Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, boleh dipilih sebagai satu dari sekian Satpas di Polda Jawa Barat yang masuk kategori piawai menjalin dan membangun sinergitas kemitraan dengan wartawan.

Peran dan fungsi wartawan bersama medianya, bagi pihak Satpas Polres Garut, sudah dianggap mutlak sebagai sarana penyampaian informasi, edukasi, dan imbauan terkait proses pembuatan SIM kepada masyarakat.

Selain itu, narasi karya jurnalis yang dimuat atau ditayangkan media juga bisa dimanfaatkan buat membentuk opini publik yang positif tentang proses penerbitan SIM. Lainnya lagi, narasi karya jurnalis yang ditayangkan media juga punya peran buat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya punya SIM  untuk berkendara di jalan raya.

Kasat Lantas Polres Garut, Iptu Aang Andi Suhandi dalam pernyataannya tentang ini   mengajak penulis mengingat lagi satu kalimat pasti dari Abhijit Naskar, seorang penulis dan ahli syaraf terkenal dari Kalkuta, India.

Tak jelas pada  momen apa kala itu, Abhijit Naskar dengan bahasa tanah kelahirannya kala itu tiba-tiba menegaskan pemahaman bahwa,”Patrakaarita ko soochana ka agradoot banaen”. Kalau kalimat ini lalu dikonversikan ke bahasa Indonesia, maka bunyi kalimat tersebut akan menjadi, “Jadikan jurnalisme sebagai garda depan informasi”.

“Jelas banget arti kalimat yang disuarakan Abhijit Naskar. Dia orang pintar, seorang scientist yang gemar menulis buku, soneta, juga penyair saja bisa menegaskan jurnalisme itu adalah ujung tombak informasi. Dan masyarakat itu butuh informasi. Nah kita sebagai pihak tengah, dalam konteks ini adalah Satpas, tentu harus bisa think smart untuk membaca keadaan, kan,” papar Iptu Aang kepada progresifjaya.id, Rabu,(25/6).

Aktivitas Satpas Polres Garut

“Dan sebagai pelayan masyarakat yang punya kemampuan prima, tak ada pilihan lagi, tentunya, buat Satpas selain merangkul jurnalisme sebagai bagian dari pelayanan informasi ke masyarakat. Bukannya malah diabaikan atau dijauhkan seperti tak butuh. Bakal cepat hancur atau paling ringan risikonya yakni pelayanan yang diberikan jadi rentan gangguan. Satu langkah tolol dan egois, tentunya, jika masih ada Satpas yang kaku seperti itu,” lanjutnya mengkritisi.

Untuk Satpas Polres Garut sendiri, terusnya lagi, pola operasional yang dijalankan memang selalu melibatkan jurnalis agar bisa dapat bahan evaluasi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tak terkecuali juga dengan kesadaran untuk mengedepankan transparansi pada proses pelayanan.

“Kami di Satpas Polres Garut mengutamakan komunikasi dan kerjasama solid dari para pihak. Teknologi era 4.0 yang kita pakai dalam proses penerbitan SIM cuma jadi penopang kerja. Kunci utamanya justru keterbukaan dan saling peduli para pihak, baik sumber daya manusia (SDM) Satpas, jurnalis dan pemohon. Jika hal ini tercipta In Syaa Allah jadi adem suasana kerja kita,” ujar Iptu Aang memberi penekanan.

Sementara menyikapi gangguan operasional seperti berita miring dan psywar bertendensi rupiah, Iptu Aang menyebut hal tersebut bisa mudah diatasi berkat adanya support dan backup dari teman-teman jurnalis Satpas.

Pengeluaran sia-sia akibat kompensasi takedown bisa diminimalisir dan dialihkan pada bentuk perhatian dan empati timbal balik buat teman-teman wartawan Satpas. Kerjasama dan saling koordinasi apik ini sudah berjalan tiga bulan dengan menggandeng Pokja Wartawan Polda Metro Jaya. Efek kemitraan ini jelas terasa karena bak jadi pertahanan artileri yang sangar dan mematikan buat pihak yang coba mengganggu.

“Ya harus diakui teman-teman jurnalis yang membackup Satpas Polres Garut punya nama dan pengaruh besar di blantika jurnalistik tanah air. Para pengganggu sudah keder duluan serta ciut nyali kalau berniat iseng ganggu dengan kedok pemberitaan,” ujar Iptu Aang lagi.

“Bukan apa-apa. Soalnya kualitas karya berita wartawan yang melindungi Satpas jauh lebih yahud dari si pengganggu. Sudah kualitas level dewa. Sementara kualitas level si pengganggu masih unyu-unyu. Jadinya ya kebanting,deh,” sambungnya sembari tertawa geli. (Bembo)

Artikel Terkait

Berita Populer