Tuesday, July 15, 2025
BerandaEkonomi & BisnisPerajin Krey Lebak Mampu Entaskan Kemiskinan

Perajin Krey Lebak Mampu Entaskan Kemiskinan

progresifjaya.id, LEBAK – Perajin krey kelapa sawit di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mampu mengentaskan kemiskinan setelah masyarakat di daerah itu menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga.

“Kami merintis usaha kerajinan krey sawit selama 15 tahun hingga kini masih bertahan dan berkembang menumbuhkan ekonomi masyarakat,” kata Toto (55) seorang bandar krey sawit di Kabupaten Lebak, Rabu (25/6/2025)

Masyarakat yang tinggal di daerah – daerah perbatasan  dengan perkebunan di Kabupaten Lebak dipastikan kehidupan mereka miskin. Sebab, umumnya masyarakat yang berdekatan dengan perkebunan berprofesi sebagai buruh serabutan tani juga buruh perkebunan.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan pembinaan kepada masyarakat setempat agar memiliki kerajinan  dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Dimana limbah sawit yang dibuang petugas perkebunan itu melimpah dan bisa menghasilkan nilai ekonomi.

“Kami mengembangkan kerajinan pelapah sawit menjadi krey di daerah -daerah perbatasan dengan perkebunan itu diperoleh ilmu dari Pulau Sumatera dan semua produksi ditampung dengan harga Rp20 ribu per lembar,” ujarnya.

Menurut dia, saat ini, kerajinan krey sawit sebagai alat untuk penutup percikan air hujan dan terik sinar matahari dapat  menggulirkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat hingga miliaran rupiah per tahun. Mereka para bandar penampung krey sawit mencapai puluhan orang dan saat ini pendapatan mereka rata-rata Rp100 juta per bulan.

“Produksi kerajinan krey sawit itu dipasok ke pengepul di wilayah Serang, Cilegon, Bogor, Depok, Jakarta, Bekasi dan Tangerang,” sebutnya.

Ia mengatakan, saat itu perkampungan di daerah perbatasan dengan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Rangkasbitung, Maja, Cimarga dan Leuwidamar identik dengan kemiskinan, bahkan anak – anak mereka hanya lulusan SD.

Namun, kini kehidupan masyarakat cukup sejahtera dan anak – anak mereka hingga melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan tidak ditemukan lagi rumah yang dibangun dari bilik bambu.

“Kami merasa senang pendapatan ekonomi masyarakat yang dibina  tercatat 200 perajin krey bisa menghasilkan pendapatan berkisar antara Rp4-7 juta per bulan,” kata pria kelahiran Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

Acung (65) perajin krey, warga Kampung Cihiyang Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya bersama keluarga, sebelumnya kehidupan ekonomi morat- marit dan miskin, karena tidak memiliki pendapatan sebagai buruh tani.

Namun, setelah dibina oleh Pak Toto memproduksi kerajinan krey tahun 2010 lalu hingga kini kehidupan keluarga relatif baik dengan pendapatan ekonomi Rp5 juta per bulan.

“Kami sekarang pendapatan ekonomi relatif baik dan bisa mengentaskan lilitan kemiskinan serta mampu membangun rumah,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kabupaten Lebak Yosep Muhammad Holis mengatakan pemerintah daerah mempercepat mengentaskan  di kantong -kantong kemiskinan ekstrem yang kebanyakan terdapat di daerah perbatasan dengan perkebunan.

Penyebab kemiskinan di Kabupaten Lebak juga rendahnya pendapatan ekonomi harian rata-rata 1,9 dollar atau 30 ribu rupiah dengan kurs Rp16 ribu.

Pendapatan ekonomi sebesar itu, kata dia, tentu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan pagi hari saja tidak cukup makan nasi uduk. Pemerintah daerah berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM serta pelaku usaha di antaranya kerajinan krey sawit.

“Kita hingga kini angka kemiskinan ekstrem menurun dari 2,77 persen menjadi 1,7 persen, di  antaranya menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kerajinan krey itu,” tandasnya. (R. R)

Artikel Terkait

Berita Populer