progresifjaya.id, LEBAK – Petani bambu di Kabupaten Lebak, Banten, mampu menumbuhkan ekonomi keluarga dari pendapatan rata-rata Rp500 ribu per rumpun dengan 50 batang bambu dan harga Rp10 ribu per batang.
“Kami memiliki 20 rumpun dan menghasilkan Rp10 juta per dua bulan,” kata Sahrul (60), seorang petani bambu, di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Rabu (18/9/2024)
Selama ini, perkebunan bambu menjadi andalan ekonomi petani Kabupaten Lebak, sehingga mereka masih mengembangkannya.
Perkebunan bambu kebanyakan ditanami di tepi aliran sungai maupun sumber mata air, karena memiliki pelestarian lingkungan alam. Sebab, tanaman bambu dapat mencegah longsoran tanah dan juga menyimpan sumber air.
“Kami memanen bambu seluas 2.500 meter persegi dan dua bulan sekali dibeli penampung yang datang ke sini,” kata Sahrul.
Saniman (65), seorang petani bambu, warga Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak mengaku dirinya menjual bambu sebanyak 30 rumpun atau dengan harga Rp10 ribu/batang, sehingga menghasilkan pendapatan Rp15 juta.
Pendapatan sebesar itu, kata dia lagi, tentu menjadikan andalan ekonomi keluarga sehingga terus dikembangkan perkebunan bambu tersebut.
“Kami merasa terbantu ekonomi keluarga dari hasil perkebunan bambu itu,” katanya pula.
Ujang (55), seorang penampung bambu mengatakan, dirinya setiap hari membeli bambu dari petani di berbagai daerah di wilayah Kabupaten Lebak dengan modal Rp17 juta.
Selama ini, pasokan bambu di Lebak belum pernah kehabisan, karena petani masih mempertahankan perkebunan bambu, terlebih tanaman bambu tidak memerlukan biaya perawatan.
“Kami selama 13 tahun menampung bambu hingga kini belum pernah kehabisan untuk dipasok ke Tangerang, Serang, Jakarta, Depok, Bekasi hingga Cikarang,” kata Ujang.
Ia mengatakan perkebunan bambu di daerah itu semua ada di 28 kecamatan, sehingga menjadi andalan ekonomi petani.
Populasi bambu Lebak itu kebanyakan jenis mayan, ulung, apus, serat, bitung, dan tutul, juga cocok untuk pembangunan rumah hingga kerajinan rumah tangga.
Bahkan, bambu itu puluhan ribu per hari dipasok ke luar daerah dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan angkutan.
“Kami minta petani bambu tetap dapat mempertahankan karena menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga,” ungkapnya. (R. R)