progresifjaya.id, JAKARTA – Banyaknya korban yang terus bertambah dan meninggal akibat COVID-19, berbagai cara dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya Protokol Kesehatan dengan cara Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan dengan sabun (3 M).
Mulai dari sosialisasi, penertiban masker hingga penindakan bertujuan menghentikan penyebaran virus corona 19. Namun kenyataannya, jumlah penderita tidak menunjukkan penurunan angka justru sebaliknya.
Seperti terjadi di wilayah Jakarta Selatan, jumlah penderita aktif sebanyak 681 orang atau di setiap kelurahan ada 10 orang penderita aktif. Data tersebut menjadikan wilayah Jakarta Selatan sebagai Zona Belum Aman atau sedang kondisi Darurat dari COVID-19.
Hal ini membuat pusing walikota Jakarta Selatan Marullah Matali dan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji, yang juga menjabat Wakil Walikota Jakarta Selatan serta jajaran di Pemko Jakarta Selatan.
Berbagai upaya dan usaha dilakukan untuk mengingatkan masyarakat akan bahayanya COVID 19, yang dapat menyebabkan kematian. Hingga digunakan Peti Mati sebagai simbol pengingat masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan yang tersebar di sepuluh kecamatan Jakarta Selatan.
Pro Kontra
Penggunaan peti mati yang dijadikan tugu (monumen) dan dibawa keliling pemukiman, menjadi perhatian masyarakat dan viral di media sosial. Pro kontra atas simbol tersebut juga menimbulkan pro dan kontra.
Wakil walikota Jakarta Selatan Isnawa Adji, yang juga menjabat Ketua Gugus Tugas, menyadari penggunaan peti mati menjadi simbol pengingat menimbul pro dan kontra di kalangan masyarakat. Namun, tegasnya, cara tersebut harus dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan resiko terpapar virus corona dapat menyebabkan kematian.
Pihaknya menyatakan, pemasangan tugu peti mati di 10 kecamatan wilayah Jakarta Selatan menjadi simbol untuk mengingatkan masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan dengan 3M yakni Memakai masker, Mencuci Tangan dan Menjaga jarak.
“Jika, protokol kesehatan 3M ini tidak dijalankan, akan terjadi peningkatan dalam penyebaran COVID-19,” katanya.
Menurutnya, dengan banyaknya korban yang terus bertambah dan meninggal atas COVID-19, mengingatkan masyarakat bahwa pandemi COVID-19 bukan masalah main-main dan ini menjadi perhatian buat semuanya.
Tidak Memalukan
Penyebaran peti mati pertama terlihat di jalan Kemang Raya, Mampang Prapatan, dan resmi menjadi simbol pengingat ketika Walikota Jakarta Selatan Marullah Matali, menyaksikan peti mati di sudut Taman Ayodya, Kelurahan Kramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru.
Diungkapkannya, Covid nyata ada dimana-mana. dan bukan penyakit yang memalukan. Tapi, tegasnya. harus dihindari karena penyebarannya yang kasat mata. “Sebelum adanya vaksin, maka vaksin yang paling bagus yaitu 3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak),” ujarnya.
Dikatakan juga, simbol peti mati akan disosialisasikan oleh unsur tiga pilar dan sebagai pengingat agar warga menerapkan gaya hidup sehat. “Protap ini harus betul-betul didukung oleh masyarakat, disadari,” tagasnya.
Keliling Kampung
Berbeda dilakukan Kecamatan Cilandak dan Kelurahan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, yang lebih memilih peti mati dibawa keliling wilayah (pemukiman) sebagai bentuk sosialisasi menyadari masyarakat bahaya COVID19.
Camat Cilandak, Mundari, menegaskan, cara ini dilakukan sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat akan bahaya COVID-19 yang sampai saat ini masih rawan. “Sosialisai ini semoga dipahami dan dimengerti masyarakat,” harapnya.
Dengan cara sosialisasi yang tidak biasa atau tidak lazim ini bisa menyadarkan masyarakat untuk tetap dan terus melaksanakan protokol.
Senada diungkapkan, Lurah Kuningan Barat, Agus Muharam, sosialisasi mengarak peti mati keliling kampung sengaja dilakukan dengan melibatkan petugas tenaga medis puskesmas, PKK, tiga pilar dan masyarakat.
Menurutnya, perlu diberikan perhatian lebih terhadap penerapan protokol kesehatan COVID-19. “Sosialisasi arak peti mati ini, warga semakin sadar dan dapat meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan,” harapnya.
Penulis/Editor: M. Maruf