Friday, May 16, 2025
BerandaBerita UtamaPinjaman Online dan Korban PHK Meningkat, Jumlah Pemudik Menurun

Pinjaman Online dan Korban PHK Meningkat, Jumlah Pemudik Menurun

progresifjaya.id, JAKARTA – Ekonom menyebutkan indikasi penurunan daya beli dan perlambatan ekonomi mulai terlihat dengan menyoroti pinjaman online yang meningkat dan jumlah pemudik yang turun saat periode Ramadan dan Lebaran.

Indeks Keyakinan Konsumen atau IKK pada Maret anjlok ke level 121,1. Penurunan terjadi selama tiga bulan berturut-turut, yakni Januari 127,2 dan Februari 126,4. IKK adalah indeks yang mencerminkan keyakinan konsumen Indonesia mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi atas periode yang akan datang.

Menurut ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin, penurunan IKK merupakan hal yang wajar di Indonesia, karena cenderung volatile. Akan tetapi, jika dikombinasikan dengan berbagai kondisi ekonomi lainnya, maka perlu diwaspadai.

Wijayanto menyebutkan sejumlah fakta yang dinilai bisa menjadi sinyal penurunan daya beli, yakni jumlah tabungan masyarakat menengah ke bawah yang menurun.

Data Bank Indonesia atau BI menunjukkan jumlah dana pihak ketiga alias DPK perorangan pada Februari turun 1,8% yoy menjadi Rp 3.998,7 triliun. Jumlahnya terus turun, setelah pada Januari melorot 3,4% yoy. Data Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menunjukkan outstanding kredit pinjaman daring atau pindar naik 31,6% yoy pada Februari menjadi Rp 80,07 triliun.

Kenaikan pengajuan pinjaman online menjelang Ramadan itu lebih tinggi ketimbang Januari 29,94%. Di saat pengajuan pinjaman meningkat, tingkat wanprestasi di atas 90 hari atau TWP 90 ikut naik dari 2,52% pada Januari menjadi 2,78% pada Februari. TWP90 juga dikenal dengan kredit macet.

Sedangkan jumlah pemudik turun 4,69% yoy atau 7,6 juta orang, menjadi 154,6 juta.

Kementerian Ketenagakerjaan atau Kemnaker mencatat jumlah PHK pada Februari mencapai 18.610 orang. Jumlahnya naik 460% atau 4,6 kali lipat jika dibandingkan Januari.

Berdasarkan Satudata Kemnaker, provinsi yang paling banyak terjadi PHK pada Februari yakni Jawa Tengah, mencapai 10.667 orang. Jumlahnya mencapai 57,32% dari total karyawan yang terkena PHK secara nasional. “Ini merupakan indikasi penurunan daya beli dan perlambatan ekonomi,” kata Wijayanto dilansir dari Katadata.

Kekhawatiran Prospek Ekonomi

Ekonom Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan penurunan persepsi konsumen terhadap penghasilan, kegiatan usaha, dan ketersediaan lapangan kerja mencerminkan kekhawatiran tersendiri. “Ada kekhawatiran yang semakin nyata terhadap prospek ekonomi dalam waktu dekat,” ujar Yusuf.

Menurut Yusuf, kondisi itu diperparah dengan data uang beredar yang juga melambat. Hal ini mencerminkan berkurangnya likuiditas di masyarakat dan dunia usaha. Bahkan menjelang momen Lebaran yang biasanya menjadi pendorong konsumsi musiman, jumlah pemudik justru menurun. Yusuf menegaskan fenomena itu bisa menjadi sinyal bahwa banyak masyarakat menahan pengeluaran untuk perjalanan, yang biasanya menjadi indikator keyakinan atas kondisi keuangan pribadi.

“Bila kegiatan konsumsi yang bersifat tradisional dan emosional seperti mudik mulai terganggu, itu berarti tekanan ekonomi dirasakan cukup luas dan nyata,” ujar Yusuf.

Wijayanto menilai pemerintah perlu menjalankan kebijakan ekonomi counter-cyclical. Kebijakan ini dilakukan saat spending besar untuk program jangka panjang perlu dikalibrasi dan dialokasikan ke program jangka pendek yang efektif menciptakan lapangan kerja dan daya beli.

“Program seperti makan bergizi gratis, tiga juta rumah, Danantara yang agresif, 80 ribu koperasi Merah Putih, dan IKN perlu dikalibrasi ulang,” ujar Wijayanto.

Secara paralel, Wijayanto menilai pemotongan biaya rapat di instansi pemerintah merupakan inisiatif bagus, tetapi jangan terlalu drastis. Anggaran Kementerian Pekerjaan Umum bisa dinaikkan, khususnya untuk mendanai proyek-proyek padat karya yang melibatkan ribuan kontraktor, ribuan vendor, dan ratusan ribu tenaga bangunan. (Red)

Artikel Terkait

Berita Populer