progresifjaya.id, JAKARTA – Pemerintah Kota Administrasi (Pemko) Jakarta Selatan berhasil mengantar Program Kampung Tersenyum masuk dalam daftar Top 99 Inovasi Pelayanan Publik (IPP) Kementerian Pendayaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokerasi Repbulik Indonesia (Kemenpan RB RI). Keberhasilan yang diraihnya masuk dalam Top 99 itu merupakan hasil kolaborasi dengan Yayasan Rumah Sosial Kutub pada 2018 silam dengan menyingkirkan 2.250 proposal yang diajukan dan masuk nominasi Kemenpan RB RI.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Selatan M Amin mengatakan, program Kampung Tersenyum yang berkolaborasi dengan Yayasan Rumah Sosial Kutub yaitu mengolah limbah minyak jelantah (miyak goreng bekas pakai) yang selama ini mencemari dan mengancam lingkungan disulap menjadi rupiah. “Proposal itu menyingkirkan sebanyak 2.250 proposal yang diajukan dan masuk nominasi,” katanya Sabtu (20/6).
Menurutnya, dalam perjalanan program Kampung Tersenyum selaras dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 167 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Limbah Minyak Goreng.
Lanjutnya, Walikota Administrasi Jakarta Selatan, Marullah Matali juga menerbitkan Instruksi Wali Kota Jakarta Selatan No.22/2020 Tentang Kampung Tersenyum Minyak Jelantah. “TERSENYUM singkatan TERima SEdekah miNYak jelantah Untuk Mereka,” ujarnya.
Dijelaskan Amin, selama ini minyak jelantah sering kali dipadang sebelah mata ketika tidak terpakai kembali tidak jarang minyak bekas pakai itu langsung dibuang. Sehingga, tambahnya, limbah jelantah tersebut mencemari dan mengancam lingkungan.
Tapi sekarang ini, bangganya, berkat Kolaborasi Pemerintah Kota Jakarta Selatan dengan Yayasan Rumah Sosial Kutub yang dilakukan sejak tahun 2018 lalu berbuah manis dari limbahnya bisa menjadi rupiah dan berhasil masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik (IPP) Kementerian Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kemenpan RB RI).
Secara teknis, terang Amin, setiap minyak jelantah yang dibeli warga akan dikumpukan pada satu jeriken yang sebelumnya sudah didistribusikan Yayasan Rumah Sosial Kutub sebanyak 6.000 tangki/jeriken minyak jelantah ke seluruh kelurahan. “Dengan pembagian satu RT satu tank jeriken,” katanya.
Kemudian, lanjutnya, setiap satu ton minyak dihargai Rp 60 ribu yang dibayarkan oleh Yayasan Rumah Sosial Kutub. “Ada pembagian sedekah antara masyarakat dengan Yayasan Rumah Sosial Kutub,” katanya.
Dari minyak jelantah, tambahnya, yang dikelola oleh masyarakat akan diberikan kembali penjualannya ke masyarakat sesuai pembagian dana sosial dimana 60 persen untuk masyarakat dan 40 persen untuk yayasan.
Seperti yang dilakukan kelurahan Pondok Labu, contohnya, dimana telah menjalankan program Kampung Tersenyum dimana hasil penjualan minyak tersebut dialokasikan untuk anak yatim. “Dari masyarakat untuk masyarakat,” katanya.
Ditegaskan olehnya, tidak ada intervensi dari pihak manapun termasuk pemerintah dalam penggunaan dana tersebut karena setiap kelurahan mempunyai kewenangan untuk menggunakan dana sosial tesebut. “Kelurahan mempunyai hak atas dana sosial itu, untuk apa dan dikemanakan,” ujarnya.
Dirinya bersyukur, berdasarkan catatan hingga Juni tahun 2020 dana yang terkumpul sudah sebanyak Rp 98 juta yang berasal dari seluruh kelurahan yang ikut berpartisipasi dalam program Kampung Tersenyum.
“Dikembalikan ke masyarakat sebanyak Rp 53 juta dan Rp 39 juta untuk dikelola Yayasan Rumah Kutub,” tandasnya.
Atas keberhasilan Program Kampung Tersenyum ini, pihaknya, mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam program tersebut. “Saat ini sudah ada sebanyak 39 kelurahan dari total 65 kelurahan di Jakarta Selatan,” katanya.
Diakuinya, dari jumlah kelurahan yang ada diJakarta Selatan belum semua kelurahan yang ikut dalam program tersebut tapi tinggal menunggu saja karena sudah ada instruksi wali kota.
“Sekarang baru sekitar 55 persen kelurahan bergabung dan akan bertambah kelurahan yang bergabung pada tahun ini,” jelasnya.
Penulis/Editor: M. Maruf