progresifjaya.id, JAKARTA – Kementerian Keuangan mengeluarkan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang berkisar antara minus 0,4 hingga 1 persen. Prediksi pertumbuhan yang rendah tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
Perusahaan banyak yang gulung tikar alias kolaps, pengangguran meningkat akibat pemutusan hubungan kerja dan banyak pekerja lainnya yang dirumahkan. Sehingga, kondisi rakyat yang sudah terpuruk semakin terpuruk. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok terus naik, semua iuran juga ikut naik.
Di tengah kondisi rakyat sedang sulit, Bank Dunia menaikkan level Indonesia dari negara berpendapatan menengah ke bawah (Lower middle income country), menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country).
Lembaga internasional itu menilai Gross National Income (GNI) Indonesia naik. Berdasarkan laman resmi Bank Dunia, GNI per kapita Indonesia naik menjadi USD 4.050, dari sebelumnya USD 3.840.
Dengan demikian, kini Indonesia sejajar dengan negara-negara berpendapatan menengah atas lainnya, seperti Thailand, Malaysia, dan China. Adapun GNI per kapita Thailand adalah USD 7.260, Malaysia USD 11.200, dan China USD 10.410.
Hal tersebut lantas disambut pemerintah. Presiden Jokowi menanggapi dengan menyampaikan penilaian bahwa apa yang dilakukan pemerintah sudah di jalan yang tepat.
“Capaian patut kita syukuri, kita sudah jalan ke arah yang benar. Kita harus terus mau menuju ke negara berpenghasilan tinggi dengan mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ungkap Jokowi di Acara Forum Rektor, Sabtu (4/7).
Kendati begitu, ia mengingatkan agar jangan sampai Indonesia malah terjebak dalam status tersebut untuk waktu yang lama. Sementara ia ingin, status tersebut bisa meningkat menjadi negara berpenghasilan tinggi dengan GNI per kapita di atas USD 12.375 per tahun.
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani menganggap kenaikan status itu sebagai tahapan strategis dan landasan kokoh menuju Indonesia Maju Tahun 2045.
Sayangnya, kenaikan status yang disematkan Bank Dunia, ini tampaknya tak turut diramaikan masyarakat. Kenyataan pengangguran dan kemiskinan meningkat karena corona, membuat naiknya status tersebut tak begitu berarti.
Kemiskinan dan Pengangguran Meningkat
Sebelum mengemukanya kabar soal status ekonomi Indonesia dinaikan oleh Bank Dunia, Kementerian Keuangan telah mengeluarkan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang berkisar antara minus 0,4 hingga 1 persen.
Prediksi pertumbuhan yang rendah tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan. Menurut perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tingkat kemiskinan tumbuh menjadi 10,63 persen.
Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengungkapkan setidaknya total penduduk miskin diproyeksi bakal meningkat dari 24,79 juta orang menjadi 28,7 juta orang. Berbanding lurus dengan angka kemiskinan, jumlah pengangguran diproyeksikan akan meningkat di kisaran 4,03 juta orang sampai 5,2 juta orang di tahun 2020.
Berdasarkan data BPS per Agustus 2019, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 7,05 juta jiwa atau 5,28 persen dari angkatan kerja. Dengan demikian, pengangguran bisa mencapai 12 juta orang atau sekitar 9 persen dari angkatan kerja.
Editor: Hendy