Tuesday, May 20, 2025
BerandaInternasionalRobert Prevost Asal AS Terpilih sebagai Pemimpin Gereja Katolik Roma Sedunia dengan...

Robert Prevost Asal AS Terpilih sebagai Pemimpin Gereja Katolik Roma Sedunia dengan Sebutan Paus Leo XIV

progresifjaya.id, JAKARTA – Robert Prevost asal Amerika Serikat (AS) terpilih sebagai Paus yang baru, setelah konklaf yang hanya berlangsung selama tiga sesi dalam waktu hanya sehari atau 24 jam. Pertemuan Dewan Kardinal secara tertutup dan rahasia itu diikuti oleh 133 Kardinal dan mereka sepakat memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dan kepala negara Vatikan itu yang sekarang dikenal dengan nama Paus Leo XIV.

Sebelum namanya diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus, kerumunan orang di bawahnya meneriakkan “Viva Papa!” yang berarti “Hidup Paus!”.

Terpilihnya Robert Prevost (69) akan menjadi penerus Santo Petrus yang ke-267 dan ia akan dikenal sebagai Paus Leo XIV.

Pria kelahiran Chicago ini akan menjadi orang Amerika Serikat pertama yang menduduki peran Paus, meskipun ia dianggap sebagai kardinal dari Amerika Latin karena bertahun-tahun ia habiskan sebagai misionaris di Peru, sebelum menjadi uskup agung di sana.

Lahir di Chicago pada 1955 dari seorang ibu Spanyol dan ayah Amerika, Prevost tumbuh di kota itu bersama kedua saudaranya, Louis Martín dan John Joseph.

Prevost menghabiskan masa kecil dan remajanya sebagai mahasiswa di Seminari Menengah Agustinus di kota kelahirannya. Kemudian dia melanjutkan pendidikan di Universitas Villanova di Pennsylvania, tempat dirinya mengenyam pendidikan dan meraih gelar di bidang Matematika.

Pada usia 22 tahun, Paus Leo menjalani masa persiapan bagi calon anggota Ordo Santo Agustinus di Kota Saint Louis dan lulus dalam bidang Teologi. kemudian dia dikirim ke Roma, tempat belajar Hukum Kanon.

Pada tahun 1987, Paus Leo memperoleh gelar S3 dan pada tahun yang sama terpilih sebagai direktur misi untuk Ordo Agustinus di Illinois, Amerika Serikat.

Pastor Mark Francis, teman Prevost sejak tahun 1970-an, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Prevost memiliki komitmen khusus terhadap keadilan sosial.

“Ia selalu baik dan hangat, dan ia tetap menyuarakan akal sehat dan kepedulian praktis terhadap pekerjaan Gereja untuk kaum miskin,” kata Francis, yang menghadiri seminari bersama Prevost dan kemudian bertemu dengannya saat mereka tinggal di Roma pada 2000-an.

“Ia memiliki selera humor yang sarkastis, tetapi ia tidak mencari perhatian,” imbuh Francis.

Hanya satu tahun setelah pengangkatannya di Illinois, Prevost dikirim ke misi Trujillo di Peru sebagai direktur proyek pembinaan bagi para calon anggota Ordo Agustinus di Vikariat Chulucanas, Iquitos, dan Apurímac.

Beberapa tahun kemudian, Prevost mendapat kewarganegaraan Peru dan kini dikenang sebagai tokoh yang bekerja dengan komunitas terpinggirkan untuk membantu membangun jembatan di gereja setempat.

Jesús León Ángeles, koordinator kelompok Katolik di Chiclayo yang telah mengenal Prevost sejak 2018, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Prevost adalah orang yang ‘sangat sederhana’ yang berusaha keras untuk membantu orang lain.

León Ángeles menekankan bahwa Prevost menunjukkan perhatian khusus terhadap para migran Venezuela di Peru.

Selama bertahun-tahun di Peru, ia menjabat sebagai pastor paroki, guru seminari, prefek studi, hakim gerejawi, dan anggota dewan penasihat Keuskupan Trujillo, selain memimpin seminari Ordo Agustinus di kota itu selama satu dekade.

Namun Prevost kembali secara berkala ke AS untuk bertugas sebagai pastor dan prior di kota asalnya.

Dalam kata-kata pertamanya sebagai Paus Leo XIV dia memuji pendahulunya, Paus Fransiskus. “Kita masih mendengar di telinga kita suara Paus Fransiskus yang lemah tetapi selalu berani, yang memberkati kita,” katanya.

“Bersatu dan bergandengan tangan dengan Tuhan, mari kita maju bersama,” katanya kepada khalayak yang berkumpul di Alun-alun Santro Petrus.

Dia berkata kepada khalayak bahwa dirinya adalah anggota Ordo Santo Agustinus. Dia berusia 30 tahun ketika pindah ke Peru sebagai bagian dari misi Santo Agustinus atau yang juga dikenal dengan Ordo Agustinian.

Prevost dikenal baik oleh para kardinal karena perannya sebagai prefek Dikasteri untuk Uskup di Amerika Latin yang memiliki tugas penting memilih dan mengawasi para uskup.

Pada Januari 2023, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Uskup Agung dan dalam beberapa bulan Prevost diangkat menjadi kardinal.

Karena 80% kardinal yang ambil bagian dalam konklaf ditunjuk oleh Paus Fransiskus, tidaklah mengherankan bahwa seseorang seperti Prevost terpilih, meskipun ia baru ditunjuk sebagai kardinal dua tahun lalu.

Ia akan dipandang sebagai tokoh yang mendukung keberlanjutan reformasi Paus Fransiskus di Gereja Katolik.

Prevost diyakini memiliki pandangan yang sama dengan Paus Fransiskus tentang migran, kaum miskin, dan lingkungan.

Selama berada di Peru, Prevost tidak luput dari bayang-bayang skandal pelecehan seksual yang telah mencoreng nama Gereja. Namun keuskupannya dengan tegas membantah bahwa ia terlibat dalam upaya menutup-nutupi skandal apapun.

Sebelum konklaf, juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan bahwa selama pertemuan Dewan Kardinal beberapa hari sebelum konklaf, mereka menekankan perlunya seorang paus dengan “semangat kenabian yang mampu memimpin Gereja yang tidak menutup diri tetapi tahu bagaimana membawa terang bagi dunia yang dirundung keputusasaan”.

Pandangan Paus Leo XIV mengenai LGBT belum jelas. Namun, beberapa kelompok, termasuk Dewan Kardinal yang konservatif, meyakini bahwa Paus yang baru mungkin kurang mendukung LGBT.

Prevost telah menunjukkan dukungannya kepada Paus Fransiskus saat mendiang merilis deklarasi kepausan yang mengizinkan pemberkatan bagi pasangan sesama jenis dalam “situasi yang tidak biasa”. Prevost menambahkan bahwa para uskup harus menafsirkan arahan tersebut sesuai dengan konteks dan budaya setempat.

Soal perubahan iklim, Prevost tahun lalu mengatakan bahwa sudah waktunya untuk beralih “dari kata-kata ke tindakan”. “Penguasaan atas alam” tidak boleh menjadi “tirani,” katanya. Dia menyerukan umat manusia untuk membangun “hubungan timbal balik” dengan lingkungan.

Dia juga berbicara tentang komitmen Vatikan terhadap lingkungan, dengan merujuk pada pemasangan panel surya di Roma dan adopsi kendaraan listrik. Dia telah mendukung keputusan Paus Fransiskus untuk mengizinkan perempuan bergabung dengan Dikasteri untuk Uskup untuk pertama kalinya.

“Dalam beberapa kesempatan kami telah melihat bahwa sudut pandang mereka merupakan suatu pengayaan,” katanya kepada Vatican News pada tahun 2023.

Pada tahun 2024, ia mengatakan kepada Catholic News Service bahwa kehadiran perempuan “memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pertimbangan dalam mencari siapa yang kami harap menjadi kandidat terbaik untuk melayani Gereja dalam pelayanan episkopal”.

Sumber: BBC News Indonesia.

Editor: Isa Gautama

Artikel Terkait

Berita Populer