Tuesday, May 20, 2025
BerandaInternasionalSatu Hari Setelah Kotbah Paskah Tentang Perdamaian, Paus Fransiskus Meninggal Dunia

Satu Hari Setelah Kotbah Paskah Tentang Perdamaian, Paus Fransiskus Meninggal Dunia

progresifjaya.id, VATIKAN – Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4) atau sehari setelah Peringatan Hari Paskah di Lapangan Santo Petrus untuk mengucapkan “Selamat Paskah” kepada ribuan umat Katolik dan berkotbah tentang perdamaian.

Ia meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, demikian laporan dari kantor berita Vatikan. Kardinal Kevin Joseph Farrell mengumumkan wafatnya Paus Fransiskus “dengan kesedihan yang mendalam” pada Senin (21/04).

“Pada pukul 7:35 pagi ini (waktu setempat), Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya,” ujar Kardinal Farrell.

Dalam bulan-bulan terakhir hidupnya, kondisi kesehatan Paus yang memburuk membuatnya menghabiskan beberapa pekan di rumah sakit.

Pada 14 Februari lalu, pria berusia 88 tahun itu dibawa ke rumah sakit Gemelli di Roma untuk dirawat karena pneumonia di kedua paru-parunya. Dia mengalami kesulitan bernapas selama beberapa hari. Dia keluar dari rumah sakit pada 23 Maret.

Paus sangat rentan terhadap pneumonia, yang merupakan infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, setelah menjalani pengangkatan sebagian paru-paru saat masih muda.

Ia adalah Paus pertama dari Benua Amerika atau belahan bumi selatan. Sejak Gregorius III yang lahir di Suriah meninggal pada tahun 741, belum pernah ada Uskup Roma non-Eropa. Sebagai Kardinal Bergoglio dari Argentina, ia sudah berusia tujuh puluhan ketika menjadi Paus pada tahun 2013.

Pesan terakhir Paus Fransiskus: “Tidak ada perdamaian tanpa kebebasan beragama, berpikir, dan berekspresi”.

Pesan ini disampaikan pada saat perayaan Paskah pada Minggu (20/04) saat ajudannya membacakan pesan perdamaiannya dan “penghormatan terhadap pandangan orang lain”.

Dalam pidato terakhirnya, Paus mengenang penduduk Gaza, khususnya penduduk Kristen, karena konflik itu “menyebabkan kematian dan kehancuran” dan menciptakan “situasi kemanusiaan yang menyedihkan”.

Dia juga menyebut meningkatnya antisemitisme global sebagai sesuatu yang “mengkhawatirkan”. (Red)

Artikel Terkait

Berita Populer