Wednesday, May 21, 2025
BerandaInternasionalTinggalkan Warisan Rp 80 T, Ven Ajahn Siripanyo Pilih Jadi Biksu Bermukim...

Tinggalkan Warisan Rp 80 T, Ven Ajahn Siripanyo Pilih Jadi Biksu Bermukim di Biara

progresifjaya.id, JAKARTA – Uang dan harta ternyata tidakĀ  selalu menjadi tujuan hidup bagi sebagian orang. Adakalanya orang lebih bahagia hidup sederhana, meninggalkan kemewahan agar hidup lebih bermakna di jalan yang lurus.

Namun tidak banyak orang seperti itu, bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Ven Ajahn Siripanyo (39) sebagai pewaris tunggal orang terkaya di negara tetangga,Ā  Malaysia.

Ayahnya, Ananda Krishnan, merupakan salah satu orang terkaya di negeri Jiran itu yang memiliki kerajaan bisnis senilai US$ 5 miliar atau Rp 80 triliun mencakup telekomunikasi, satelit, minyak, real estat, dan media.

Namun semua harta kekayaan yang bakal diwariskan kepada Ven AjahnĀ  ditinggalkan begitu saja. Dia lebih memilih hidup sederhana sebagai pemuka agama Budha dan tinggal di Biara Dtao Dum di perbatasan terpencil Thailand-Myanmar.

Berdasarkan laporan South China Morning Post (SCMP) yang ditulis Economic Times, diketahui ibu Siripanyo, Momwajarongse Suprinda Chakraban, merupakan keturunan keluarga kerajaan Thailand. Ini juga akhirnya memberinya ikatan dengan kekayaan dan kebangsawanan keluarganya.

Ajahn Siripanyo membuat keputusan untuk menjadi biksu pada usia 18 tahun. Langkah ini, meskipun tidak biasa, sejalan dengan keyakinan Buddha ayahnya yang taat. “Pilihan Ajahn Siripanyo sepenuhnya adalah pilihannya sendiri, dan itu dihormati dalam keluarga,” tulis laporan itu, dikutip NCBC Indonesia, Minggu (11/5).

Perjalanan spiritualnya dimulai sebagai retret sementara di Thailand, yang kemudian menjadi komitmen seumur hidup. Selama lebih dari dua dekade,Ā  Ajahn Siripanyo telah hidup sebagai biksu di hutan di Biara Dtao Dum.

“Tumbuh besar di London bersama kedua saudara perempuannya, Siripanyo menyelesaikan pendidikannya di Inggris dan fasih dalam sedikitnya delapan bahasa. Paparan budaya ini telah membentuk pandangan dunianya dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Buddha,” tutur laporan tersebut.

Meninggalkan materialisme, ia mengikuti ajaran Buddha untuk hidup sederhana dan bergantung pada kemurahan hati orang lain untuk bertahan hidup.

Meskipun menjalani kehidupan monastik, Siripanyo sesekali berhubungan kembali dengan keluarganya, mengunjungi ayahnya dan sebentar melangkah ke dunia lamanya. Namun, kunjungan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip Budha, yang menekankan ikatan kekeluargaan.

“Kisahnya memiliki kemiripan dengan Julian Mantle, pengacara fiktif dalam The Monk Who Sold His Ferrari, perjalanan Ajahn Siripanyo menonjol sebagai contoh nyata yang langka tentang pilihan pengabdian spiritual daripada kekayaan materi,” tambah laporan itu.

Penulis/Editor: Isa Gautama

Artikel Terkait

Berita Populer