progresifjaya.id, LEBAK – Penjabat (Pj) Bupati LebakĀ Iwan Kurniawan mengatakan upacara tradisi Seba yang dilakukan masyarakat Badui harus dilestarikan setiap tahun karena mengandung makna tertinggi untuk memperkuat persahabatan dan persaudaraan.
“Kita malam ini merasa bahagia dengan menerima silaturahmi bersama masyarakat Badui Luar dan Badui Dalam,” katanya saat menghadiri ritual upacara tradisi Seba dengan ribuan warga Badui di Gedung Pendopo Lebak, Jumat (17/5/2024)
Perayaan upacara tradisi Seba yang dilakukan masyarakat Badui untuk membangun persaudaraan dengan pemerintah daerah dan warga Badui.
Untuk mensukseskan upacara tradisi Seba menjalin kerja sama dengan instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak, sehingga dapat mendukung event pariwisata yang bisa mendatangkan wisatawan nasional maupun mancanegara.
Mereka para wisatawan itu nantinya dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Perayaan upacara tradisi Seba tentunya perlu dilestarikan dan dilindungi agarĀ masyarakat Badui penuh kedamaian, keamanan dan kenyamanan.
Begitu juga pelestarian lingkungan alam di kawasan Badui harus terjaga agar memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.
“Kami momentum tradisi Seba ini agarĀ masyarakat Badui hidup sejahtera dan hasil ladang pertanian melimpah,” ucapnya.
Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan perayaan upacara tradisi Seba yang dilakukan masyarakat Badui menjadi kewajiban, karena amanat perintah leluhur yang harus dilaksanakannya.
Masyarakat Badui khawatir kualat hingga menimbulkan malapetaka jika tidak dilakukan tradisi Seba bersama kepala pemerintahan daerah.
Karena itu, masyarakat Badui pada Seba tahun 2024 dihadiri sebanyak 1.500 orang tersebar di 68 Kampung di pemukiman kawasan Badui.
“Kami berharap tradisi Seba ini berjalan lancar dan mendapatkan keberkahan bagi masyarakat Badui,” ujarnya.
Dalam upacara tradisi Seba yang dilakukan masyarakat Badui di Gedung Pendopo Pemkab Lebak dihadiri dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) juga undangan tamu dari Jakarta dan Bandung.
“Kami harus menjalankan tradisi Seba, karena jika tidak dilakukan dikhawatirkan menimbulkan malapetaka bagi masyarakat Badui,” paparnya.
Sementara itu, Mansur (50) warga Tangerang mengatakan dirinya bersama teman mendatangi lokasi alun-alun Rangkasbitung sebagai lokasi upacara tradisi Seba yang dilakukan masyarakat Badui.
Dimana perayaan upacara tradisi Seba Badui itu perlu dikembangkan, karena bagian warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki makna lebih luas khususnyaĀ menjaga persatuan, kedamaian, toleransi dan kerukunan.
Sebab, bangsa ini jika hidupnya di masyarakat terwujud kedamaian, persatuan, kerukunan dan toleransi lebih indah dan dipastikan bisa sejahtera tanpa terjadi konflik sosial.
“Kita berharap budaya warisan nenek moyang itu perlu dilestarikan dan dikembangkan karena memiliki filosofi hidup damai,” kata Mansur
Masyarakat Badui tiba di alun-alun Rangkasbitung pukul 17.00 WIB, mereka saat itu istirahat dan makan yang disediakan Pemerintah Kabupaten Lebak.
Ribuan masyarakat Badui penuh ceria, meski mereka sejak pagi berangkat dari kampung – kampung yang tersebar di Tanah Hak Ulayat Adat.
Begitu juga tampak warga Badui Dalam dengan pakaian putih – putih bersemangat, padahal mereka berjalan kaki menempuh perjalanan 50 kilometer dari Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik menuju Rangkasbitung.
Kendati menempuh perjalanan puluhan kilometer, tetapi mereka wajib untuk melakukan kegiatan upacara tradisi Seba dengan silaturahmi bersama kepala daerah dan pejabat.
“Kami berharap pelaksanaan upacara tradisi Seba berlangsung lancar dan cuaca cerah,” tukasnya. (R. Rencong)