progresifjaya.id, KAB. BANDUNG BARAT – Sesar Lembang merupakan ancaman nyata yang menghantui masyarakat di Bandung Raya. Para ahli mengungkap potensi gempa yang ditimbulkan bisa mencapai magnitudo 6,9.
Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer dari titik sesar yang paling terlihat di Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Garis sesar kemudian memanjang ke sisi barat KBB, mengarah ke Ngamprah, melewati Cisarua, Parongpong, hingga Padalarang.
Berdasarkan catatan BMKG, Sesar Lembang menimbulkan gempa yang berdampak pada kerusakan di tahun 2011 silam. Setelah itu, tepatnya dari 2012 sampai sekarang tidak ada lagi aktivitas Sesar Lembang yang tercatat berdasarkan jaringan seismograf.
Sebagai mitigasi potensi bencana yang mengintai itu, ratusan warga Lembang, unsur pemerintahan daerah, Linmas, hingga jurnalis dibekali pengetahuan soal kesiapsiagaan dampak dari Sesar Lembang dalam agenda Jambore Jurnalis TV IJTI Pengda Jawa Barat bertajuk ‘Kolaborasi Bersama Mengurangi Risiko Bencana’.
“Kita menyadari bahwa kita merupakan masyarakat yang tinggal di Sesar Lembang. Satu hal yang perlu dilakukan, yakni pertama memahami apa itu Sesar Lembang,” ujar Pj Wali Kota Cimahi, Dikdik S Nugrahawan saat ditemui di Lembang, Selasa (15/8/2023).
Menurut Dikdik, edukasi soal Sesar Lembang serta potensi yang bakal ditimbulkan wajib dilakukan secara rutin, bisa dikemas dalam berbagai bentuk mulai dari pembekalan materi hingga simulasi.
“Masyarakat harus menyadari potensi ini. Kita harus menumbuhkan kesiapsiagaan, saya kira kegiatan ini jadi langkah sangat strategis untuk berkontribusi mengedukasi masyarakat dalam hal kesiapsiagaan bencana Sesar Lembang,” kata Dikdik.
Ketua Perhimpunan Objek Wisata Indonesia, Heni Smith mengatakan objek wisata yang ada di Lembang juga bakal terdampak Sesar Lembang.
“Kita sudah menyadari potensi Sesar Lembang, apalagi objek wisata di sini (Lembang) kan di atas Sesar lembang semua. Kita tentu sudah mengedukasi pelaku wisata di Lembang. Itu kita lakukan rutin termasuk dengan warga dan pemdes,” ujar Heni.
Kesiapsiagaan yang mesti dimiliki pengelola objek wisata yakni ketersediaan marka kebencanaan. Marka itu berguna mengarahkan pengunjung jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, tak hanya Sesar Lembang.
“Tentu marka kebencanaan dan titik evakuasi itu hal penting di objek wisata yang dikunjungi ribuan orang, kalau marka nggak jelas saat pengunjung panik, nah akan membahayakan. Makanya kita usulkan ke pemerintah agar setiap obwis itu punya marka kebencanaan dan titik evakuasi,” tutur Heni.
Sementara itu Ketua Korda IJTI Cimahi-KBB, Edwan Hadnansyah mengatakan Jambore IJTI 2023 bertujuan meningkatkan kesadaran dan mitigasi masyarakat terhadap potensi bencana di Jawa Barat terutama pada potensi dampak Sesar Lembang.
“Jurnalis juga memiliki kewajiban untuk memberikan edukasi kebencanaan, jangan sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat akibat dari produk jurnalistik yang tidak komprehensif, khususnya mitigasi Sesar Lembang,” kata Edwan. (Wan)